Minggu, 14 Desember 2008

My Ied Adh in This Year

Sebentar lagi umat Islam di seluruh penjuru dunia akan merayakan hari besarnya
Penuh Takbir, Tahmid, & Tahlil pada malamnya
Berbondong-bondong orang-orang berkumpul pada paginya
Berpuluh-puluh hewan ternak mengantri giliran untuk dipersembahkan kepada Yang Mahakuasa
Semua orang bergembira
Semua orang diberi kenikmatan
di hari raya ini
Jika puasa mempunyai hikmah agar orang yang kenyang meraakan lapar
maka di hari ini hikmah yang terkandung lebih besar lagi,
Agar orang yang lapar merasakan kenyang
sungguh adil sang Maha Pencipta
Yang telah mengatursemua kegiatan mahluk hidup di dunia
Yang telah menentukan ketetapan-ketetapan yang tidak ada yang tidak bermanfaat
Yang telah membentangkan tali silaturahim antara si miskin dengan si kaya melalui Ibadah
Allah menciptakan si kaya untuk si miskin & si miskin untuk si kaya
Subhanallah...

Idul Adha, orang-orang menyebutnya
sebagai hari raya Qurban
Sebagai momen untuk mendekatkan diri kepadaNya dengan beramal melalui hewan ternak
Orang-orang benar-benar merasakan karuniaNya di hari ini
berkumpul dengan keluarga,
Sholat Ied dengan ceria,
Makan daging Qurban bersama
Sungguh, begitu besar karunia Allah yang ditampakkan di hari ini

Orang-orang bergembira di hari raya Idul Adha
Bersuka cita mensyukuri karuniaNya
Allah menampakkan rahmatNya
Allah melipatgandakan rizqiNya
Allah memberkahi orang-orang yang bersyukur di hari ini
Maka pantaskah seorang hamba tidak bersyukur di tangah beribu-ribu nikmat yang ditampakkanNya?
Pantaskah Aku berkecil hati karena tak bisa merasakan karunia Udhiyah di tangah keluarga?
Perlukah menyesali nasib jauh di negeri orang?
Haruskan bersedih tidak melihat masjid Roudhotush Sholihin nan megah dipenuhi orang-orang yang menyemarakkan Idul Adha?

TIDAK!! sama sekali tidak!!

Sungguh tidak pantas Aku merengek ingin pulang sedangkan di mana-mana masih banyak orang-orang tak berumah
Walaupun jauh di negeri orang Aku tak boleh mendustai nikmat Allah dengan tak bersyukur kepadaNya
Aku harus bisa mengendalikan perasaanku & beradaptasi dengan lingkunganku kini
Walaupun jauh dari keluarga, rumah, & emua yang ada di Batur
Ya Allah, kuatkan hati hamba
Berikan rasa syukur di hatiku di hari raya Idul Adha ini
Jangan biarkan setan membisiki kata-kata kotor yang demikian halusnya sehingga menggoyahkan keyakinanku
Ya Allah, lindungi hamba...

Jika tahun ini Aku berIdul Adha di Kediri, maka genap 7 tahun sudah Aku tak tahu menahu keadaan Idul Qurban di rumah

sejak SMP hingga sekarang Aku belum merasakan semaraknya Idul Adah di rumah
Tidak masalah memang, jika kita menikmati semua itu
Memanfaatkan suasana yang berbeda
Akan tetapi kenapa setiap Idul Adha tiba hatiku pedih ingin pulang
sekian lamanya tak merasakan Qurban di rumah Aku jadi rindu
Entah kapan bisamenikmati suasana berkumpulnya seuma anggota keluarga di hari raya Idul Adha...
Semoga kelak Allah mengumpulkan kami kembali untuk mensyukuri nikmat Idul Adha bersama-sama
Semoga kelak Allah mengizinkanBapak, Ibu, Aku, Kunti, Inun, Aya, & semua kerabat-kerabatku berkumpul merayakan Idul QUrban bersama-sama
Aku benar-benar merindukan suasana Bodo Besar di rumah..

Tahun ini suasananya agak berbeda dengan tahun-tahun lalu. Karena Aku sudah tak bisa merasakan suka duka mengurusi sebuah acara penting yang diadakan tiap tahun ini. Tahun ini aku sudah tak di SMA lagi, belum berada di lingkungan kampus, & tidak berada di tengah-tengah masyarakat Batur. Aku kini diLirboyo. Pondok yang oleh masyarakat Lirboyo sendiri kurang begitu terkenal. Aku tak bisa merasakan suka duka bergumul dengan daging-daging Qurban. Rasanya seperti ada ruang kosong yang memangsengaja untuk dikosongkan. Rasanya hambar jika tidak ikut andil di tetek bengek Qurban. Semoga saja besok bisa ikut menyemarakkan Qurban walaupun hanya di kamar Soloku tercinta...

Akhirnya kututup tulisanku ini denga harapan semoga kelak Allah berkenan keluargaku berkumpul semua untuk merayakan Qurban di hari raya Idul Adha. Amiiien...

Suara Hati, Kamar Solo, 061208




Minggu, 09 November 2008

Renungan untuk para Orang Tua

Mama-Papa, Bapak-Ibu, Abi-Umi, Mami-Papi, Ayah-Bunda tercinta

Sekarang kami mulai remaja, bahasa kerennya Abg.

Kami mulai merasa ada banyak hal yang berbeda.

Kami selalu ingin melakukan hal-hal berbeda dari masa kanak-kanak kami. Kalian pasti pernah merasakannya ,bukan?

Kami mengerti bahwa kalian cemas & juga bangga terhadap kami.

Semoga saja begitu.

Semoga kalian termasuk para orang tua yang peduli terhadap perubahan kami.

Bukan orang tua cuek, yang tetap memperlakukan kami seperti bocah.

Mami-Papi, Ayah-Bunda, Abi-Umi, Bapak-Ibu, Mama-Papa…

Di masa-masa kami tumbuh remaja & menjelang dewasa,

Betapa kami ingin kalian menyapa kami dengan penuh perhatian.

Betapa ingin kami mencurahkan semua kegelisahan & gejolak masa puber kami dengan santun pada kalian.

Betapa kami ingin menceritakan kawan-kawan kami semua yang kami inginkan pada kalian dengan suasana saling menghargai & penuh pengertian.

Bukan tanggapan dingin, reaktif, kecemasan yang berlebihan, & juga bentakan-bentakan yang membuat kami ciut.

Dan akhirnya mengemis serta mengais perhatian & kehangatan di luar rumah kita.

Betapa kami ingin kalian memahami bahwa anak-anak gadismu telah mulai merekah & ana-anak perjakamu mulai gelisah.

Betapa kami ingin kalian bimbing dengan penuh kesabaran.

Bagaimana Allah & Rosul kami mengajarkan tentang cinta, tentang pergaulan, tentang syahwat, tentang semua fitrah manusia.

Orang tua kami tercinta…

Janganlah sampai kami menjadikan VCD-VCD porno, majalah-majalah porno, pergaulan tanpa batas dengan teman-teman laki-perempuan kami, sebagai sahabat & pelampiasan kami untuk mengetahui apa yang saat ini ingin kami ketahui.

Janganlah kalian mengabaikan gejolak hati kami yang begitu gelisah akan makhluk lain jenis kami yang saat ini mencuri perhatian kami.

Jadilah sahabat pertama kami saat kami gelisah.

Dan jadilah tempat pertama kami menanyakan tentang hidup, menyandarkan perih, menyandarka letih, mengurai cinta, menyemaikan canda & bahagia.

Jadilah sahabat terbaik kami…

Yang mengajarkan kepada kami, bagaimana menjaga harga diri.

Yang mengajarkan kepad kami tentang rasa malu, tentang menghormati orang lain.

Yang mencontohkan pada kami, bagaimana orang tua yang bijaksana.

Sebab kelak kami pun akan menjadi seperti kalian.

Orang tua kami tercinta…

Yakinlah pada kami bahwa saatnya akan tiba kami bersanding dengan manusia yang tepat.

Jangan paksa kami untuk bergaul bebas karena seusia ini kalian selalu memberikan kebebasan-kebebasan yang kalian anggap wajar.

Namun…

Setelah para gadismu terenggut harga diri & kehormatannya, serta putra-putra perjakamu merusak bunga di taman-taman orang lain…

Kalian bertubi-tubi menyalahkan kami semata. Dan mengambil jalan pintas penyelesaiannya.

Orang tua kami tercinta…

Allah menitipkan kami dalam perlindungan, pengayoman, & pendidikan kalian.

Jadikan kami aset untuk meriah surga.

Sebab kalian guru pertama kami sejak belia,

yang akan terus tumbuh

& menentukan apakah kami akan menjadi terhormat atau rendah,

binal atau santun,

liar atau sopan,

mandiri atau manja,

pengecut atau ksatria,

teguh atau lacur…

Orang tua kami tercinta…

Mari berbicara dari hati kita yang paling lembut, berbicara lebih terbuka & bijaksana.

Mari bersama kembali pada aturan Allah & RosulNya.

Agar kami menjadi anak-anak kalian yang teguh & meneguhkan,

hanif & menghabifkan,

cerdas & mencerdaskan,

saleh & menyalehkan.

Dan tidak ada keinginan sebesar debu pun untuk mendekati kemaksiatan yang menjadikan sang Pemelihara & Maha Mencintai mencabut CintaNya.

Penuh cinta,

Putra putrimu yang mulai ranum..

Paku, sebuah filosofi apik dari mbah Manab

Mau jadi apa setelah kau besar nanti? Sebenarnya apa tujuanmu menempuh pendidikan pesantren?

Pertanyaan-pertanyaan seperti tadi mungkin sering kita dengar, bahkan mungkin kita sendiri yang mengalaminya. Bagaimana jawaban kita atas pertanyaan di atas? Tentu kembali ke pribadi masing-masing. Bagi yang sudah mempunyai visi ke depan, tentu bukan masalah. Tinggal berjuang dalam proses pencapaian visi tersebut. Akan tetapi bila belum mempunyai visi ke depan atau masih bingung akan nasib yang menanti, apakah kita akan selalu dalam tanda tanya? Terombang-ambing arus gelombang modernisasi di zaman teknologi, yang dalam bahasa kerennya MADESU ( Masa Depan Suram).

Tentu saja kita tidak ingin mengalami nasib seperti itu. Akan tetapi inilah realita. Banyak orang hidup tanpa visi, tanpa pegangan hidup, tanpa tujuan jelas, sehingga kehidupan amburadul & selalu dalam kebingungan.

Lha, terus gimana cara membangun visi dalam kehidupan kita? Jawabannya sebenarnya banyak. Manusia adalah makhluk paling sempurna. Banyak potensi yang diberikan Allah kepadanya. Seperti kata-kata sang motivator, kunci sukses itu ada banyak. Antara lain kerja keras, IQ tinggi, mengembangan potensi, bersikap kreatif, dan masih banyak lagi.

Akan tetapi saya tidak menjelaskan satu per satu dari itu semua. Saya bukan mau menjabarkan tentang visi. Saya hanya ingin mengutip maqolah mbah Manab tentang pentingnya meletakkan keikhlasan & tawakal dalam sebuah visi. Tidak muluk-muluk dalam bertujuan, lebih-lebih jika kita seorang santri. KH Abdul Karim, sang pendiri pondok pesantren Lirboyo, sendiri adalah seorang yang sangat tawadhu' & wira'i walaupun beliau termasuk sangat alim dalam masalah ilmu. Sudah sepantasnyalah jika beliau ingin santri-santrinya memiliki sikap tawadhu' dalam mencari ilmu. Maqolah ini saya dapat dari KH Abdul Aziz Mansur, Jombang, yang juga masih saudara dekat dengan masyayikh di Lirboyo, saat mengisi mau'idhoh di Jam'iyyah Pusat ArRohmah.

“Sepulang dari pondok, santri harus bisa menjadi/seperti paku”. Mungkin kita bertanya-tanya, kenapa harus paku? Bukankah masih banyak benda berguna lainnya yang bisa dijadikan suatu analogi? Ada apa dengan benda kecil itu? Mari kita kupas satu persatu, apa yang adadalam sebuah paku.

Paku termasuk komponen penting dalam suatu bangunan. Walaupun kecil, peran paku sangatlah besar, sangat diperlukan dalam hal pertukangan. Kayu-kayu dari berbagai macam ukuran & bentuk tak mungkin dapat bersatu dengan baik & membentuk suatu bangunan maupun perabot yang berguna. Maka dari itu dibutuhkanlah pemersatu kayu tersebut agar berguna lebih, yaitu paku. Dari berbagai jenis, bentuk dan ukuran kayu dapat disatukan & dibentuk dengan paku. Yang tadinya hanya untuk sengget untuk mengambil buah di pohon, dengan paku bisa disatukan dan membentuk barang yang lebih berguna seperti meja, kursi, bahkan bangunan. Dengan paku kayu yang kurang berguna bisa bersatu & lebih kokoh dari sebelumnya. Begitu juga santri. Ketika terjun di masyarakat kelak santri harus bisa mempersatukan berbagai lapisan masyarakat yang heterogen. Mulai dari kalangan bawahan yang selalu terpinggirkan sampai kalangan atas yang selalu mewah & elit. Santri harus dapat beradaptasi dengan mereka & menyatukan mereka. Sehingga terbentukalah suatu masyarakat yang kokoh & baik.

Paku merupakan unsur penting dari sebuah bangunan. Setiap bagian pasti membutuhkan pemersatu, yaitu paku. Mulai rangka atap yang selau di atas sampai kusen pintu yang selalu di bawah membutuhkan bantuan paku agar kokoh. Santri juga termasuk elemen penting dalam suatu masyarakat. Ia selalu dibutuhkan dimanapun berada. Oleh karena itu santri harus selalu siap & bertanggung jawab ditempatkan dimanapun. Mulai dari desa paling terpencil & terbelakang di puncak gunung sampai kota metropolitan paling elit di negeri ini. Karena santri merupakan kader dari kiai yang mana kiai & ulama adalah termasuk pewaris para nabi. Islam dalam kehidupan manusia sangatlah diperlukan. Maka dari itu golongan agamis, kiai, ustadz, & ulama harus selalu ada dalam suatu komunitas masyarakat. Allah tidak mungkin membiarkan suatu daerah terus menerus dalam kondisi jahiliyyah. Peram kiai & ulama lah yang menjadikan Islam tetap lestari dalam masyarakat.

Ketika sebuah paku dalam suatu bangunan rusak atau rapuh, maka paku tersebut perlu diperbaharui kembali. Jika tidak bisa-bisa paku yang sudah keropos malah melemahkan bangunan hingga akhirnya menyebabkan roboh. Paku yang sudah karatan, bengkok karena terlalu keras dalam penggunaan, atau memang paku yang tak bisa dipakai dalam mengokohkan bangunan, semuanya perlu diganti dengan paku yang lebih baik kualitasnya. Karena walaupun kecil paku sangat mempengaruhi kekokohan suatu bangunan. Ketika seorang santri (kyai) dalam masyarakat sudah sepuh, maka perlu adanya regenerasi kader-kader penerusnya, agar kesatuan & kekokohan agama dalam suatu masyarakat dapat selalu terjaga. Tentu saja seorang kyai sepuh berbeda dengan paku usang. Paku yang tak layak pakai perlu dibuang & diganti dengan yang lebih baik agar tidak mengganggu kinerja paku-paku yang lainnya. Berbeda dengan kyai sepuh, jangan sampai kita menyepelekan keberadaan kyai sepuh dalam suatu masyarakat. Karena bagaimanapun juga tanpa perjuangan mereka tak mungkin kekokohan & kesatuan agama sekarang ini dapat kita rasakan. Semua itu adalah berkat perjuangan ulama & kyai.

Seseorang yang mengamati keindahan suatu bangunan akan senantiasa mengamati keindahan arsitektur, harmonisasi ruangan, atau kekokohan bangunan tersebut. Tidak mungkin orang bertanya tentang paku yang menempel pada setiap bagian-bagian dari bangunan tersebut. Apakah kita pernah mendengar atau bahkan mengucapakannya sendri, "paku apa yang dipakai dalam membangun bangunan ini?". Sepertinya aneh jika orang bertanya seperti itu. Karena kodrat paku memang demikian, memberikan sesuatu yang bermanfaat tanpa mengharapkan imbalan apapun. Ikhlas merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki seorang santri. Ikhlas dapat digambarkan dengan paku di atas. Apabila seorang santri telah berhasil menghasilkan sesuatu, seperti mengokohkan agama dalam suatu masyarakat, maka harus selalu siap jika tidak dikenal. Akan tetapi sungguh keterlaluan jika sikap kita sebagai orang yang menikmati hasil jerih payah seseorang tanpa mengenal orang tersebut. Kita tetap harus menghormati orang yang telah memberikan perubahan pada masyarakat (kyai/santri). Dan bagi santri, walaupun memang layak mendapatkan penghormatan, jangan sampai mengharapkan suatu penghormatan ataupun pujian orang lain, ia harus selalu ikhlas.

Ternyata dari barang sekecil & sesepele paku kita bisa mendapatkan ilmu yang sangat berguna bagi kehidupan. Maha Suci Allah yang telah mencitakan sesuatu yang tidak pernah tidak ada manfaatnya. Walaupun kecil paku mempunyai tugas & peran besar dalam suatu bangunan. Begitupula santri, walaupun hanya minorotas dalam suatu masyarakat, tugas & perannya begitu besar di dalamnya.

Wallahu a`lam..

Rabu, 29 Oktober 2008

Jogja, unforgetable story

Jogja, kata itu sudah akrab di telingaku sejak kecil. Entah karena rumahku memang dekat dengan Jogja atau sudah kerap pergi ke sana. Di mataku Jogja adalah kota indah yang penuh dengan seni & pelajar. Walau kata orang 90 % mahasiswa di sana tidak perawan (katanya lhoo…) aku tetap senang ke Jogja meski hanya sekedar lewat tok. Kemarin, Alhamdulillah, aku diberi kesempatan oleh Yang Maha Kuasa untuk menikmati keindahan sekaligus kepadatan kegiatan di Jogja. Rencana jalan sih sebenarnya sudah tersusun dari dulu, tapi baru bisa terealisasikan kemarin, masih dalam bulan Lebaran, Syawal.

Entah kapan aku memperoleh inisiatif ke Jogja lagi besok Sabtunya setelah semua acaraku selesai. Kunti tentu saja seneng banget, Inun, sayang, dah kembali ke pondok duluan. akhirnya kita sepekat tuk ke Jogja Sabtu, 11 Okt. Sebenarnya hari itu aku ada janji chat dg Niha, tapi karena mau ada jalan2 ini dia kuajak sekalian, gak usah chat2an. Dan ternyata Niha malah mau…wah, tambah personel niy jadinya. Dia sepekat mau menyusul kami setelah kuliahya seleasai di Taman Pintar.

Agenda kita adalah ke AmPlaz & Taman Pintar. Semua Cuma mau jalan2 tok, tanpa ada niat untuk membeli apa2. sebenarnya mau nonton LasPel di Bioskop21 di AmPlaz. Tapi beitu tahu antrinya seabrek gitu kita langsung ciut tuk mencoba ikutan mengantri, Laskar Pelangi tak jadi ditonton deh. Ah, ngapain mikir susah, ntar juga bisa nonton filmnya. Nonton kan gak harus di bioskop. Trus alasan kita ke Taman Pintar tuh karena kemarin sebelumnya nonton Selamat Pagi di Trans7 yg, kebetulan, lagi ngeliput Taman Pintar Jogja. Ditambah dari dulu aku sudah pengen banget bisa jalan2 ke sana. Jadilah Taman Pintar tujuan kami. Semua kami tempuh dengan naik kendaraan umum, bus umum & Trans Jogja. Dan nantinya perjalanan sederhana itu akan menjadi momen tak terlupakan bagiku… J

Aku & Kunti ke Jogja berangkat Sabtu pagi jam 9. Waktu itu aku dipasrahi mZ Ridho kamera yang digunain waktu acara Halal Bi Halal kemarin di Jeblogan & Manisrenggo. Bisa dipakai buat jalan2 dong.. selain itu untuk melengkapi property sekalian aja aku minjam hapenya mZ Ridho yang kecil. Kan penting banget buat komunikasi jarak jauh. Apalagi setelah mengalami pengalamn buruk kemarin (pas Reuninya Kunti di Magelang). Maklumlah belom punya hape dw. Eh, sebenarnya punya ding, tapi sayang dah digondol orang tak dikenal. Hehehe…:p

Kami ngebus dari Besole dengan diantar Bapak. Dari Besole langsung ke Prambanan tanpa bablas ke terminal. Begitu sampe turun di Prambanan kita langsung menghampiri halte tempat Trans Jogja mangkal di trayek pertamanya. Lokasinya di ujung timur Jogja setelah perbatasan Jateng-Jogja. Kami berjalan menuju tempat calon penumpang bus way ini menunggu. Tak seperti halte2 pada umumnya, untuk mauk ke dalamnya harus melewati penghalang putar (itu tu yang biasanya ada di supermarket) yang belum bisa bergerak sebelum karcis halte dimasukkan ke dalam mesin. Untuk mendapatkan karcis ini perlu membeli dahulu di loket masuk di sebelah pintu masuk ruangan halte. Karcisnya berbentuk seperti kartu ATM. Satu karcis sseharga Rp. 3000 & hanya berlaku untuk satu kali putaran, artinya hanya satu orang yang bisa masuk. Kunti yang bagian membeli karcis.

Ruangan halte ini kurang lebih berukuran 2x5 meter dengan tinggi sekitar 3 meter. Sempit juga untuk ukuran ruang tunggu kendaraan umum. Tapi bedanya di sini kenyamanan pengguna lebih diprioritaskan. Dengan petugas yang ramah & setia melayani setiap calon penumpang, siapa yang gak merasa nyaman? Di dindingnya, yang terbuat dari kaca dengan rangka dari alumunium, tertempel peta lokasi halte tempat Trans Jogja siap menaikkan & menurunkan penumpang. Kalau kulihat memang baru kawasan kota Jogja yang terjamah angkutan jenis elit seperti ini.

Untuk sampe halte tujuan yang benar kita perlu menaiki bus dengan jalur yang sesuai dengan tujuan kita. Aku & Kunti yang mau ke AmPlaz cukup naik jalur 1A kemudian turun di halte Ambarukmo. Tiap akan sampe di halte sang kondektur akan mengumumkan, sudah sampe di manakah kita? Jadi semisal kita belum tahu lokasi halte yang akan kita tuju, gak perlu kuatir –apalagi nangis :P- karena sudah ada petugasnya. Untuk turun dan naik pun ada aturannya. Sang kondektur akan mempersilakan penumpang yang turun terlebih dahulu, baru ketika yang turun habis yang mau naik dipersilakan masuk. Wah, benar2 pelayanan yang bagus untuk ukuran kendaraan umum…

Seperti kataku diatas, kami ke Ambarukmo Plaza hanya jalan2 plus cuci mata. Rencana nonton Laskar Pelangi batal karena banyaknya antrian di sana. Akhirnya setelah puas melelahkan kaki & badan kami lanjutkan perjalanan kami ke Taman Pintar. Ketika keluar dari plaza aku sempet jepret dua gambar bagus AmPlaz. Dari samping & dari depan dengan air mancur menghiasinya. Aku sempaikan lagi sms Niha, untuk mengecek sudah sampai mana dia. Kunti juga ngabari beberapa temannya kalo dia sekarang sedang jalan2 di Jogja.

Kami berjalan menuju hajte lagi untuk naik Trans Jogja jalur 1A agar bisa sampai di obyek wisata baru di Jogja itu. Dalam bus yang penuh sesak itu kami disodori pemandangan khas kota, kendaraan, orang2 berseliweran, gedung, & aneka pesona kota yang lainnya. Mulai dari Tugu Jogja yang tetap setia menjulang walaupun lapuk dimakan masa, stasiun Tugu yang tak pernah sepi, jalan Malioboro yang selalu ramai, benteng & kantor pos yang bercitarasa klasik, juga kraton yang selalu terkenal dengan budayanya. Kami benar2 menikmati perjalanan menggunakan kendaraan umum ini.

Sekitar setengah jam kemudian kami sudah sampai di halte Taman Pintar. Wah, kebetulan banget dong diturunin langsung di depan lokasi JJS kita.. J. Sudah pukul 12, artinya waktu dzuhur sudah masuk. Kita langsung masuk lewat gerbang samping yang langsung menuju mushola. Leren dulu, selonjor agar kaki gak tegang. Aku sholat Dzuhur sementara Kunti menunggu di luar. Maklum cewek kan biasa libur.. hehehe. Selesai sholat aku sms Niha & kita menunggunya di serambi mushola.

Lama kita menuggu tak ada tanda2 temen lamaku itu. Apa boleh buat kita jalan2 dulu berkeliling taman. Toh nanti juga ketemu, kan dah janji mau ketemu di sini.

Selain visi & misi, gedung di sini juga sarat dengan sains. Ada 2 gedung yang, setidaaknya, masih berdiri di kawasan ini. Namanya agak aneh didengar, Gedung Oval & Gedung Kotak.nasing2 mempunyai fasilitas & kegunaan sendiri2. Gedung Oval berisikan aspek2 sains. Mulai dari biologi, fisika, kimia, geografi, sejarah, sampe teknologi. Masing2 mempunyai alat peraga atau fasilitas yang bisa mengungkapkan apa yang terkandung di balik alat2 semua itu. ada patung, contoh ekosistem, & diorama yang meneranglan tentang biologi. Ada lat2 peraga fisika yang aneh2, miniatur tata surya yang menggantung, & aneka keterangan yang menerangkan fisika. gambar tokoh2 ilmu pengetahuan mengungkapkan aspek sejarah. Alat2 penemuan2 yang terus berkembang sehingga teknologi muncul. Untuk Kmia apa ya? Aku lupa. Apa munkin memnag belum ada. Karena Obyek wisata ini termasuk masih baru, masih banyak yang perlu direhab. Sementara itu di Gedung Kotak yang masih dalam proses pembangunan barisi fasilitas makanan & hiburan, yaitu Wahana Empat Dimensi. Waaa… empatDimensi? Ya, yang selama ini hanya bisa kubayangkan karena liat iklan wahana yang serupa di Ancol. Sebenarnya pengen banget menikmati wahana ini, tapi begitu liat harga tiketnya, kami mengurungkan niat kami. Harga per tiket Rp. 15.000. sebenarnya itu termasuk murah banget loo.. lha wong di Bandung aja harg anya sampe 25.000…. gak po2 kapan2 bisa ke sini lagi & menikmatinya.

Dulu ketika pertama kali tahu adanya Taman Pintar, kupikir keadaannya seperti taman bermain pada umumnya. Banyak anak kecil, arena bermain, penjual makanan, dll. Ternyata lebih dari itu semua. Selain yang kusebut di atas juga ada saung tempat beristirahat, aneka permainan yang menggugah rasa ingin tahu kita akan sains, air mancur yang mempesona, Gong Perdamaian, dan gedung besar sebagai aset taman ini. Dulu aku berpikir, kenapa taman ini dijuluki Taman Pintar. Tentu saja aku mengira karena letaknya dekat dengan pusat ilmu, buku. Sampingnya taman pintar kan shoping center, pusatya buku murah di Jogja. Dugaanku ternyata meleset, walaupun tak jauh2 amat.. hehee. Taman ini dijuluki taman pintar karena visi & misinya, yaitu memperkenalkan sains kepada anak2 dan membuat mereka menyukainya, sehingga di masa depan generasi penerus tidak akan asing lagi dengan yang namanya perkembangan zaman, karena bagaimanapun juga sains sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Walaupun tentu saja tidak meninggalkan aspek2 peting lainnya.

Back to story….

Aku & Kunti jalan2 sampe di depan gedung Oval yang di sana ada Gong Perdamaiannya. Aku tak menyia2kan kesempatan ini. Minta tolong Kunti tuk ngabadiin gambarku dengan Gong. Kunti juga. Gong ini sebenarnya sama dengan gong2 pada umumnya, yang beda dipermukaan gong terdapat logo2 daerah di seluruh Indonesia, simbol2 agama. & bendera beberapa negara. Makanya dinamakan Gong Perdamaian. Karena mencerminkan persatuan NKRI & persahabatn dengan negara2 lain. Di depan gong air mancur terus mengucur denga indah sekali. Tapi sayang, waktu kita ngambil gambar listriknya sedang padam, jadi gak bisa keambil gambar air mancurnya.

Tiba2 hape yang dibawa Kunti berderit. Kayaknya Niha dah sampe sini, tapi gak tahu posisi kita… Hehehe. Entar juga ketemu, pikirku. Nah, lagi asyik2 moto Kunti, tiba2 ada suara memanggil kami. Akhirnya datang jugaaa….. NiiiHaa…. Hehehehe.

Rombongan tambah satu lagi dengan datangnya Niha. Wah dah lama gak ketemu jadi rodok pangling dengannya. Dulu kukira dia tinggi kaya Kunti, eh ternyata masih gedean Kunti. Dia bukannya nanyain kabar ato apa, malah tanya dari mana aku dapat jaket HarPot yang kupake… tujuan kami adalah masuk ke Gedung yang berada di depan kami. Tapi ternyata masih tertunda cZ lagi mati lampu, jadi gedung untuk sementara tutup untuk umum sampe nyala lagi. Kita jalan2 aja.

Kami bernostalgia bersama di Taman ini. Ngobrol seru di bawah atap. Ada aja yang diomongin. Mulai acara reuniku kemarin sampe nasib kita masing2. eh iya Niha juga cerita kalo dia pernah ngimpi tentang aku… (ooy jo PeDe sik). Katanya dia ngimpi kalo aku ….. MeNiNgGaAl. Ha!? Lha ngono yo isih lucu maneh. Dari yang tahu sampe yang ngrumat tuh dia sendiri, sampe2 digotong & dikubur di loteng rumahnya. Haduuuhh… ada2 aja. Tapi setahuku ngimpi meninggal tuh pertanda kalo panjang umur… ya moga2 aja iya.

Kami sempetkan beli minuman untuk melegakan tenggorokan kami. Lha pas beli ndilalah lampunya malah hidup lagi. Wah, rencana kita terwujud juga, masuk ke Gedung Oval. Kita segera menuju ke loket. Karcis masuk gedung ini termasuk murah banget, 3000 perak dah boleh menikmati fasilitas2 di dalamnya tanpa dipungut biaya kembali. Benar2 puas deh kalo suka banget yang namanya sains & alam.

Pintu masuk dijaga oleh petugas. Kami masuk tanpa halangan. Tentu saja kan sudah beli tiket. Begitu masuk kami disodori dengan aquartum gede. Bentuknya melengkung seperti di Sea World. Wah, di Jogja ada ginian juga. Tapi tentu saja gak segede di Jakarta. Tak kusia2kan kesempatan ini. Aku ngambil gambar aquarium itu. Saat mau jepret yang kedua, tiba2 aku dikagetkan olek petugas yang menegurku karena aku belum izin make kamera di sini. Tentu saja kaku kaget. Duh, kalo disita gimana, batinku tak karuan. Ternyata aku keliru, mbak yang menegurku tuh ramah & mempersilakan aku mengambil izin di pojok ruang depan. Langsung aja aku ke sana. Izinnya tibaknya gratis. Wah, cuma bayar masuk tok ki. Enak no yo.

Setelah aquarium selanjutnya adalah kawasan masa lalu, zaman purba. Ada diorama manusia purba, patung manusia purba, & dinosaurus. Aku sempet kaget lagi. Pas lagi mau moto T-Rex guede, aku liat kulit lehernya gerak2 sendiri. Yuh, kontan aku melompat mundur & gak jadi moto. Orang2 yang liat aku tentu saja ketawa. Lagi2 petugas yang ngagetin aku tadi. Dia tertawa melihat tingkahku. Huh, aku macak pede aja. Kuminta Niha moto aku dibawah moncong T-Rex. Keluar dari ruangan purba, kita masuk ke Ruang Fisika. Ruangan bundar dengan tangga spiral menghiasi pinggirnya. Di Langit2nya tergantung miniatur Tata Surya. Di dinding bawah tertempel artikel2 fisika semetara dinding atas artikel tentang tokoh2 sains dunia. Lantai bawah para petugas dengan setia melayani pengunjung yang akan mencoba alat peraga yang ada di situ. Kami gak mampir sih, jadi gak tahu apa saja yang ada di sana. Kami langsug naik ke lantai selajutnya. Masih berisi tentang fisika dengan tambahan goegrafi & kontruksi. Ada alat pendeteksi tsunami buata siswa SMP di jogja, alat peraga gempa, susunan lapisan tanah, dll. Yang fisika kebanyakan alat2 penemuan dunia, ada generator, pendeteksi kilat, dll. Setelah keluar dari ruangan iitu kami disodori tentang perkembangan teknologi dunia, mulai dari televisi sampe komputer tercanggih masa kini. Ruangan teknologi adalah ruang terakhir di gedung oval. Setelah itu memasuki Gedung Kotak. Kukira masih banyak wahana2 lainnya di sini, eh ternyata gedung kotak belum dibuka untuk umum karena belum selesai dibangun. Hanya satu fasilitas yang ada di situ, Wahana Empat Dimensi. Tapi kita gak masuk ke sana, maka kita langsung keluar menuju pintu keluar…

Setelah keluar kita melanjutkan jalan2 kita dengan melihat pameran lukisan di gedung pusat budaya Jogja yang terletak di samping shoping. Niha yang ngasih tahu kalo ada pameran lukisan di sana. Mumpung lagi ada, lagi pula aku belum pernah lihat pameran lukisan.

Gedung berwarna putih itu menjulang di antara kerumunan orang yang memenuhi shoping center dan sekitarnya. Kami memasuki satu2nya tempat yang sepi di kawasan itu. Ya, sepi. Benar2 sepi dari pengunjung. Ternyata gini to suasana pameran lukisan. Yang datang hanya yang berminat & suka akan obyek visual. Padahal tadi di Taman Pintar ruamenya kaya gitu lo. Kami masuk lewat pintu depan yang di jaga oleh satu petugas penerima tamu. Kami diminta membubuhkan tanda tangan kemudian olehnya diberi pamflet berisikan katalog pelukis yang ikut meramaikan obyek sepi ini.

Bertiga berjalan sendirian, sepi di tempat yang luaaass banget. Dengan lukisan2 segede pintu masuk tadi tertempel di seluruh dinding ruangan. Kami melihat, menonton, menikmati, & mengomentari lukisan2 di sini. Kadang sempet gumun dengan lukisan yang tertempel. Gambar segede ini isinya Cuma goresan warna tok trus di pojoknya banyak bintik2nya, ada juga yang Cuma berisi ciprtan2 cat dengan tanpa komposisi gambar yang pas bagi yang gak tahu maksudnya, trus ada yang menggambarkan suatu bidang dengan efek penyinarannya. Peh, kalo dipikir2 lo, gambar seperti ini dijual bisa laku puluhan juta, opo yo mungkin to? Yah, aku kan memang bukan kurator lukisan atau kolektor lukisan, apalagi seorang pelukis, makanya aku belum pati dong dengan apa yang disiratkan pelukis diatas kanvasnya. Tapi walau Cuma bisa bengong melihat lukisan2 terpajang aku tetep seneng kok. Cz jadi tahu karya2 seni hasil keringat orang2 Indonesia & ternyata lukisan itu rumit, gak semudah yang aku bayangkan dulu, Cuma goresin pensil di kanvas trus laku. Ternyata gak mudah ya jadi pelukis. Tapi itulah yang menjadi pelecut semangat kita untuk terus berusaha mengasilkan karya2 berkualitas, sehingga bisa mengangkat harga diri bangsa. .

Setelah puas plus kesel muter2 gedung pusat budaya, kita keluar ruangan. Aku sempet ngambil gambar gedung dari luar. Pengennya sih juga motoin lukisan2 yang ada di dalm, tapi pekewuh banget ma penjaganya, mau izin males, jadi gak dapet gambar2 lukisan deee.. L. Kakiku udah kemeng dari tadi mlaku2 tok. Akhirnya kita jogrokan di depan gerbang gedung. Ngobrol ngalor ngidul lagi tanpa menghiraukan situasi sekitar. Lha piye, kemeng banget je. Tapi kita malah bisa saling sharing, tukar cerita dengan temen lamaku ini. Aku jadi sedikit tahu sitasi lingkungan mahasiswa di Jogja. Seneng bisa ketemu konco lama lagi…

Perut kami berteriak, tanda ingin segera di isi. Kami sepekat mau makan dulu. Apalagi Kunti dari pagi emang balum makan. Kami makan di warung bakso di depan shoping. Lagi2 obrolan terus berlanjut. Wah, makan2 gini panggah ngowos aja. Beberapa menit kemudian perut kami sudah penuh dengan glindingan daging & kuah. Aku beranjak untuk membayar di penjualnya. Setelah dototal, 3 bakso 3 es teh, 22.500. ha!? Aku sempet kaget to yo. Kok mahal banget. Wis kadung ngadek, yo bayar sisan. Gak po2 lah. Kolo2 njajakne konco.

Jarum jam sudah menunjukkan waktu setengah 3, dah mulai sore & waktunya untuk pulang. Akhirnya nostalgia kali itu rampung dengan berpisah jalan, cZ aku & Kunti naik kendaraan umum sementara Niha naik kendaraan pribadi. Niha yang naik motor dw malah belum mau pulang,. Katanya sih masih mau nikmatin sunset di AAU. Itu lo gerbang AAU yang ada patung garuda raksasanya. Wah, lha mumpung ada kamera aku nitip ngambil gambar sunset itu ke Niha. Biar nanti sesampei Niha di rumah kameranya dikembaliin. Kami berjalan menuju halte & Niha ngeloyor menuju Klaten…

Dalam perjalanan pulang, pas naik trans Jogja kita kedapatan penumpang bule & waria2. waa, ngeri banget nda. Tapi kita yo macak cuek aja. Lagian ngapain, bukan masalah kok. Kami sampe rumah pukul 4 dengan ngojek dari Penggung. Peh ngojek tok tarifnya mahal banget. Lha piye maneh, bapak gak bisa jemput. Tapi alhamdulilah selamat sampe 7an.

O iya ada yang ketinggalan, kameranya. Niha sampe Batur bar Isya, jadi baru bisa sampe ke tanganku saat itu. kataya batrenya habis, jadi gak sepet moto sunset. Gak po2 lah.

Wah, selesai juga perjalananku di Jogja, apalagi bersama adik & temen lawasku. Semoga esok masih diberi kesempatan untuk mengunjungi tempat2 menarik lainnya di Jogja…

In my sweet home :), Batur, 26 Oktober 2008

Senin, 25 Agustus 2008

Blog Pertamaku

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam ukhuwah untuk kita semua. Semoga rahmat Allah selalu menaungi kita semua

Akhirnya aku bisa buat blog sendiri. Gak cuma nontonin blognya orang lain...