Jogja, kata itu sudah akrab di telingaku sejak kecil. Entah karena rumahku memang dekat dengan Jogja atau sudah kerap pergi ke sana. Di mataku Jogja adalah kota indah yang penuh dengan seni & pelajar. Walau kata orang 90 % mahasiswa di sana tidak perawan (katanya lhoo…) aku tetap senang ke Jogja meski hanya sekedar lewat tok. Kemarin, Alhamdulillah, aku diberi kesempatan oleh Yang Maha Kuasa untuk menikmati keindahan sekaligus kepadatan kegiatan di Jogja. Rencana jalan sih sebenarnya sudah tersusun dari dulu, tapi baru bisa terealisasikan kemarin, masih dalam bulan Lebaran, Syawal.
Entah kapan aku memperoleh inisiatif ke Jogja lagi besok Sabtunya setelah semua acaraku selesai. Kunti tentu saja seneng banget, Inun, sayang, dah kembali ke pondok duluan. akhirnya kita sepekat tuk ke Jogja Sabtu, 11 Okt. Sebenarnya hari itu aku ada janji chat dg Niha, tapi karena mau ada jalan2 ini dia kuajak sekalian, gak usah chat2an. Dan ternyata Niha malah mau…wah, tambah personel niy jadinya. Dia sepekat mau menyusul kami setelah kuliahya seleasai di Taman Pintar.
Agenda kita adalah ke AmPlaz & Taman Pintar. Semua Cuma mau jalan2 tok, tanpa ada niat untuk membeli apa2. sebenarnya mau nonton LasPel di Bioskop21 di AmPlaz. Tapi beitu tahu antrinya seabrek gitu kita langsung ciut tuk mencoba ikutan mengantri, Laskar Pelangi tak jadi ditonton deh. Ah, ngapain mikir susah, ntar juga bisa nonton filmnya. Nonton kan gak harus di bioskop. Trus alasan kita ke Taman Pintar tuh karena kemarin sebelumnya nonton Selamat Pagi di Trans7 yg, kebetulan, lagi ngeliput Taman Pintar Jogja. Ditambah dari dulu aku sudah pengen banget bisa jalan2 ke sana. Jadilah Taman Pintar tujuan kami. Semua kami tempuh dengan naik kendaraan umum, bus umum & Trans Jogja. Dan nantinya perjalanan sederhana itu akan menjadi momen tak terlupakan bagiku… J
Aku & Kunti ke Jogja berangkat Sabtu pagi jam 9. Waktu itu aku dipasrahi mZ Ridho kamera yang digunain waktu acara Halal Bi Halal kemarin di Jeblogan & Manisrenggo. Bisa dipakai buat jalan2 dong.. selain itu untuk melengkapi property sekalian aja aku minjam hapenya mZ Ridho yang kecil. Kan penting banget buat komunikasi jarak jauh. Apalagi setelah mengalami pengalamn buruk kemarin (pas Reuninya Kunti di Magelang). Maklumlah belom punya hape dw. Eh, sebenarnya punya ding, tapi sayang dah digondol orang tak dikenal. Hehehe…:p
Kami ngebus dari Besole dengan diantar Bapak. Dari Besole langsung ke Prambanan tanpa bablas ke terminal. Begitu sampe turun di Prambanan kita langsung menghampiri halte tempat Trans Jogja mangkal di trayek pertamanya. Lokasinya di ujung timur Jogja setelah perbatasan Jateng-Jogja. Kami berjalan menuju tempat calon penumpang bus way ini menunggu. Tak seperti halte2 pada umumnya, untuk mauk ke dalamnya harus melewati penghalang putar (itu tu yang biasanya ada di supermarket) yang belum bisa bergerak sebelum karcis halte dimasukkan ke dalam mesin. Untuk mendapatkan karcis ini perlu membeli dahulu di loket masuk di sebelah pintu masuk ruangan halte. Karcisnya berbentuk seperti kartu ATM. Satu karcis sseharga Rp. 3000 & hanya berlaku untuk satu kali putaran, artinya hanya satu orang yang bisa masuk. Kunti yang bagian membeli karcis.
Ruangan halte ini kurang lebih berukuran 2x5 meter dengan tinggi sekitar 3 meter. Sempit juga untuk ukuran ruang tunggu kendaraan umum. Tapi bedanya di sini kenyamanan pengguna lebih diprioritaskan. Dengan petugas yang ramah & setia melayani setiap calon penumpang, siapa yang gak merasa nyaman? Di dindingnya, yang terbuat dari kaca dengan rangka dari alumunium, tertempel peta lokasi halte tempat Trans Jogja siap menaikkan & menurunkan penumpang. Kalau kulihat memang baru kawasan kota Jogja yang terjamah angkutan jenis elit seperti ini.
Untuk sampe halte tujuan yang benar kita perlu menaiki bus dengan jalur yang sesuai dengan tujuan kita. Aku & Kunti yang mau ke AmPlaz cukup naik jalur 1A kemudian turun di halte Ambarukmo. Tiap akan sampe di halte sang kondektur akan mengumumkan, sudah sampe di manakah kita? Jadi semisal kita belum tahu lokasi halte yang akan kita tuju, gak perlu kuatir –apalagi nangis :P- karena sudah ada petugasnya. Untuk turun dan naik pun ada aturannya. Sang kondektur akan mempersilakan penumpang yang turun terlebih dahulu, baru ketika yang turun habis yang mau naik dipersilakan masuk. Wah, benar2 pelayanan yang bagus untuk ukuran kendaraan umum…
Seperti kataku diatas, kami ke Ambarukmo Plaza hanya jalan2 plus cuci mata. Rencana nonton Laskar Pelangi batal karena banyaknya antrian di sana. Akhirnya setelah puas melelahkan kaki & badan kami lanjutkan perjalanan kami ke Taman Pintar. Ketika keluar dari plaza aku sempet jepret dua gambar bagus AmPlaz. Dari samping & dari depan dengan air mancur menghiasinya. Aku sempaikan lagi sms Niha, untuk mengecek sudah sampai mana dia. Kunti juga ngabari beberapa temannya kalo dia sekarang sedang jalan2 di Jogja.
Kami berjalan menuju hajte lagi untuk naik Trans Jogja jalur 1A agar bisa sampai di obyek wisata baru di Jogja itu. Dalam bus yang penuh sesak itu kami disodori pemandangan khas kota, kendaraan, orang2 berseliweran, gedung, & aneka pesona kota yang lainnya. Mulai dari Tugu Jogja yang tetap setia menjulang walaupun lapuk dimakan masa, stasiun Tugu yang tak pernah sepi, jalan Malioboro yang selalu ramai, benteng & kantor pos yang bercitarasa klasik, juga kraton yang selalu terkenal dengan budayanya. Kami benar2 menikmati perjalanan menggunakan kendaraan umum ini.
Sekitar setengah jam kemudian kami sudah sampai di halte Taman Pintar. Wah, kebetulan banget dong diturunin langsung di depan lokasi JJS kita.. J. Sudah pukul 12, artinya waktu dzuhur sudah masuk. Kita langsung masuk lewat gerbang samping yang langsung menuju mushola. Leren dulu, selonjor agar kaki gak tegang. Aku sholat Dzuhur sementara Kunti menunggu di luar. Maklum cewek kan biasa libur.. hehehe. Selesai sholat aku sms Niha & kita menunggunya di serambi mushola.
Lama kita menuggu tak ada tanda2 temen lamaku itu. Apa boleh buat kita jalan2 dulu berkeliling taman. Toh nanti juga ketemu, kan dah janji mau ketemu di sini.
Selain visi & misi, gedung di sini juga sarat dengan sains. Ada 2 gedung yang, setidaaknya, masih berdiri di kawasan ini. Namanya agak aneh didengar, Gedung Oval & Gedung Kotak.nasing2 mempunyai fasilitas & kegunaan sendiri2. Gedung Oval berisikan aspek2 sains. Mulai dari biologi, fisika, kimia, geografi, sejarah, sampe teknologi. Masing2 mempunyai alat peraga atau fasilitas yang bisa mengungkapkan apa yang terkandung di balik alat2 semua itu. ada patung, contoh ekosistem, & diorama yang meneranglan tentang biologi. Ada lat2 peraga fisika yang aneh2, miniatur tata surya yang menggantung, & aneka keterangan yang menerangkan fisika. gambar tokoh2 ilmu pengetahuan mengungkapkan aspek sejarah. Alat2 penemuan2 yang terus berkembang sehingga teknologi muncul. Untuk Kmia apa ya? Aku lupa. Apa munkin memnag belum ada. Karena Obyek wisata ini termasuk masih baru, masih banyak yang perlu direhab. Sementara itu di Gedung Kotak yang masih dalam proses pembangunan barisi fasilitas makanan & hiburan, yaitu Wahana Empat Dimensi. Waaa… empatDimensi? Ya, yang selama ini hanya bisa kubayangkan karena liat iklan wahana yang serupa di Ancol. Sebenarnya pengen banget menikmati wahana ini, tapi begitu liat harga tiketnya, kami mengurungkan niat kami. Harga per tiket Rp. 15.000. sebenarnya itu termasuk murah banget loo.. lha wong di Bandung aja harg anya sampe 25.000…. gak po2 kapan2 bisa ke sini lagi & menikmatinya.
Dulu ketika pertama kali tahu adanya Taman Pintar, kupikir keadaannya seperti taman bermain pada umumnya. Banyak anak kecil, arena bermain, penjual makanan, dll. Ternyata lebih dari itu semua. Selain yang kusebut di atas juga ada saung tempat beristirahat, aneka permainan yang menggugah rasa ingin tahu kita akan sains, air mancur yang mempesona, Gong Perdamaian, dan gedung besar sebagai aset taman ini. Dulu aku berpikir, kenapa taman ini dijuluki Taman Pintar. Tentu saja aku mengira karena letaknya dekat dengan pusat ilmu, buku. Sampingnya taman pintar kan shoping center, pusatya buku murah di Jogja. Dugaanku ternyata meleset, walaupun tak jauh2 amat.. hehee. Taman ini dijuluki taman pintar karena visi & misinya, yaitu memperkenalkan sains kepada anak2 dan membuat mereka menyukainya, sehingga di masa depan generasi penerus tidak akan asing lagi dengan yang namanya perkembangan zaman, karena bagaimanapun juga sains sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Walaupun tentu saja tidak meninggalkan aspek2 peting lainnya.
Back to story….
Aku & Kunti jalan2 sampe di depan gedung Oval yang di sana ada Gong Perdamaiannya. Aku tak menyia2kan kesempatan ini. Minta tolong Kunti tuk ngabadiin gambarku dengan Gong. Kunti juga. Gong ini sebenarnya sama dengan gong2 pada umumnya, yang beda dipermukaan gong terdapat logo2 daerah di seluruh Indonesia, simbol2 agama. & bendera beberapa negara. Makanya dinamakan Gong Perdamaian. Karena mencerminkan persatuan NKRI & persahabatn dengan negara2 lain. Di depan gong air mancur terus mengucur denga indah sekali. Tapi sayang, waktu kita ngambil gambar listriknya sedang padam, jadi gak bisa keambil gambar air mancurnya.
Tiba2 hape yang dibawa Kunti berderit. Kayaknya Niha dah sampe sini, tapi gak tahu posisi kita… Hehehe. Entar juga ketemu, pikirku. Nah, lagi asyik2 moto Kunti, tiba2 ada suara memanggil kami. Akhirnya datang jugaaa….. NiiiHaa…. Hehehehe.
Rombongan tambah satu lagi dengan datangnya Niha. Wah dah lama gak ketemu jadi rodok pangling dengannya. Dulu kukira dia tinggi kaya Kunti, eh ternyata masih gedean Kunti. Dia bukannya nanyain kabar ato apa, malah tanya dari mana aku dapat jaket HarPot yang kupake… tujuan kami adalah masuk ke Gedung yang berada di depan kami. Tapi ternyata masih tertunda cZ lagi mati lampu, jadi gedung untuk sementara tutup untuk umum sampe nyala lagi. Kita jalan2 aja.
Kami bernostalgia bersama di Taman ini. Ngobrol seru di bawah atap. Ada aja yang diomongin. Mulai acara reuniku kemarin sampe nasib kita masing2. eh iya Niha juga cerita kalo dia pernah ngimpi tentang aku… (ooy jo PeDe sik). Katanya dia ngimpi kalo aku ….. MeNiNgGaAl. Ha!? Lha ngono yo isih lucu maneh. Dari yang tahu sampe yang ngrumat tuh dia sendiri, sampe2 digotong & dikubur di loteng rumahnya. Haduuuhh… ada2 aja. Tapi setahuku ngimpi meninggal tuh pertanda kalo panjang umur… ya moga2 aja iya.
Kami sempetkan beli minuman untuk melegakan tenggorokan kami. Lha pas beli ndilalah lampunya malah hidup lagi. Wah, rencana kita terwujud juga, masuk ke Gedung Oval. Kita segera menuju ke loket. Karcis masuk gedung ini termasuk murah banget, 3000 perak dah boleh menikmati fasilitas2 di dalamnya tanpa dipungut biaya kembali. Benar2 puas deh kalo suka banget yang namanya sains & alam.
Pintu masuk dijaga oleh petugas. Kami masuk tanpa halangan. Tentu saja kan sudah beli tiket. Begitu masuk kami disodori dengan aquartum gede. Bentuknya melengkung seperti di Sea World. Wah, di Jogja ada ginian juga. Tapi tentu saja gak segede di Jakarta. Tak kusia2kan kesempatan ini. Aku ngambil gambar aquarium itu. Saat mau jepret yang kedua, tiba2 aku dikagetkan olek petugas yang menegurku karena aku belum izin make kamera di sini. Tentu saja kaku kaget. Duh, kalo disita gimana, batinku tak karuan. Ternyata aku keliru, mbak yang menegurku tuh ramah & mempersilakan aku mengambil izin di pojok ruang depan. Langsung aja aku ke sana. Izinnya tibaknya gratis. Wah, cuma bayar masuk tok ki. Enak no yo.
Setelah aquarium selanjutnya adalah kawasan masa lalu, zaman purba. Ada diorama manusia purba, patung manusia purba, & dinosaurus. Aku sempet kaget lagi. Pas lagi mau moto T-Rex guede, aku liat kulit lehernya gerak2 sendiri. Yuh, kontan aku melompat mundur & gak jadi moto. Orang2 yang liat aku tentu saja ketawa. Lagi2 petugas yang ngagetin aku tadi. Dia tertawa melihat tingkahku. Huh, aku macak pede aja. Kuminta Niha moto aku dibawah moncong T-Rex. Keluar dari ruangan purba, kita masuk ke Ruang Fisika. Ruangan bundar dengan tangga spiral menghiasi pinggirnya. Di Langit2nya tergantung miniatur Tata Surya. Di dinding bawah tertempel artikel2 fisika semetara dinding atas artikel tentang tokoh2 sains dunia. Lantai bawah para petugas dengan setia melayani pengunjung yang akan mencoba alat peraga yang ada di situ. Kami gak mampir sih, jadi gak tahu apa saja yang ada di sana. Kami langsug naik ke lantai selajutnya. Masih berisi tentang fisika dengan tambahan goegrafi & kontruksi. Ada alat pendeteksi tsunami buata siswa SMP di jogja, alat peraga gempa, susunan lapisan tanah, dll. Yang fisika kebanyakan alat2 penemuan dunia, ada generator, pendeteksi kilat, dll. Setelah keluar dari ruangan iitu kami disodori tentang perkembangan teknologi dunia, mulai dari televisi sampe komputer tercanggih masa kini. Ruangan teknologi adalah ruang terakhir di gedung oval. Setelah itu memasuki Gedung Kotak. Kukira masih banyak wahana2 lainnya di sini, eh ternyata gedung kotak belum dibuka untuk umum karena belum selesai dibangun. Hanya satu fasilitas yang ada di situ, Wahana Empat Dimensi. Tapi kita gak masuk ke sana, maka kita langsung keluar menuju pintu keluar…
Setelah keluar kita melanjutkan jalan2 kita dengan melihat pameran lukisan di gedung pusat budaya Jogja yang terletak di samping shoping. Niha yang ngasih tahu kalo ada pameran lukisan di sana. Mumpung lagi ada, lagi pula aku belum pernah lihat pameran lukisan.
Gedung berwarna putih itu menjulang di antara kerumunan orang yang memenuhi shoping center dan sekitarnya. Kami memasuki satu2nya tempat yang sepi di kawasan itu. Ya, sepi. Benar2 sepi dari pengunjung. Ternyata gini to suasana pameran lukisan. Yang datang hanya yang berminat & suka akan obyek visual. Padahal tadi di Taman Pintar ruamenya kaya gitu lo. Kami masuk lewat pintu depan yang di jaga oleh satu petugas penerima tamu. Kami diminta membubuhkan tanda tangan kemudian olehnya diberi pamflet berisikan katalog pelukis yang ikut meramaikan obyek sepi ini.
Bertiga berjalan sendirian, sepi di tempat yang luaaass banget. Dengan lukisan2 segede pintu masuk tadi tertempel di seluruh dinding ruangan. Kami melihat, menonton, menikmati, & mengomentari lukisan2 di sini. Kadang sempet gumun dengan lukisan yang tertempel. Gambar segede ini isinya Cuma goresan warna tok trus di pojoknya banyak bintik2nya, ada juga yang Cuma berisi ciprtan2 cat dengan tanpa komposisi gambar yang pas bagi yang gak tahu maksudnya, trus ada yang menggambarkan suatu bidang dengan efek penyinarannya. Peh, kalo dipikir2 lo, gambar seperti ini dijual bisa laku puluhan juta, opo yo mungkin to? Yah, aku kan memang bukan kurator lukisan atau kolektor lukisan, apalagi seorang pelukis, makanya aku belum pati dong dengan apa yang disiratkan pelukis diatas kanvasnya. Tapi walau Cuma bisa bengong melihat lukisan2 terpajang aku tetep seneng kok. Cz jadi tahu karya2 seni hasil keringat orang2 Indonesia & ternyata lukisan itu rumit, gak semudah yang aku bayangkan dulu, Cuma goresin pensil di kanvas trus laku. Ternyata gak mudah ya jadi pelukis. Tapi itulah yang menjadi pelecut semangat kita untuk terus berusaha mengasilkan karya2 berkualitas, sehingga bisa mengangkat harga diri bangsa. .
Setelah puas plus kesel muter2 gedung pusat budaya, kita keluar ruangan. Aku sempet ngambil gambar gedung dari luar. Pengennya sih juga motoin lukisan2 yang ada di dalm, tapi pekewuh banget ma penjaganya, mau izin males, jadi gak dapet gambar2 lukisan deee.. L. Kakiku udah kemeng dari tadi mlaku2 tok. Akhirnya kita jogrokan di depan gerbang gedung. Ngobrol ngalor ngidul lagi tanpa menghiraukan situasi sekitar. Lha piye, kemeng banget je. Tapi kita malah bisa saling sharing, tukar cerita dengan temen lamaku ini. Aku jadi sedikit tahu sitasi lingkungan mahasiswa di Jogja. Seneng bisa ketemu konco lama lagi…
Perut kami berteriak, tanda ingin segera di isi. Kami sepekat mau makan dulu. Apalagi Kunti dari pagi emang balum makan. Kami makan di warung bakso di depan shoping. Lagi2 obrolan terus berlanjut. Wah, makan2 gini panggah ngowos aja. Beberapa menit kemudian perut kami sudah penuh dengan glindingan daging & kuah. Aku beranjak untuk membayar di penjualnya. Setelah dototal, 3 bakso 3 es teh, 22.500. ha!? Aku sempet kaget to yo. Kok mahal banget. Wis kadung ngadek, yo bayar sisan. Gak po2 lah. Kolo2 njajakne konco.
Jarum jam sudah menunjukkan waktu setengah 3, dah mulai sore & waktunya untuk pulang. Akhirnya nostalgia kali itu rampung dengan berpisah jalan, cZ aku & Kunti naik kendaraan umum sementara Niha naik kendaraan pribadi. Niha yang naik motor dw malah belum mau pulang,. Katanya sih masih mau nikmatin sunset di AAU. Itu lo gerbang AAU yang ada patung garuda raksasanya. Wah, lha mumpung ada kamera aku nitip ngambil gambar sunset itu ke Niha. Biar nanti sesampei Niha di rumah kameranya dikembaliin. Kami berjalan menuju halte & Niha ngeloyor menuju Klaten…
Dalam perjalanan pulang, pas naik trans Jogja kita kedapatan penumpang bule & waria2. waa, ngeri banget nda. Tapi kita yo macak cuek aja. Lagian ngapain, bukan masalah kok. Kami sampe rumah pukul 4 dengan ngojek dari Penggung. Peh ngojek tok tarifnya mahal banget. Lha piye maneh, bapak gak bisa jemput. Tapi alhamdulilah selamat sampe 7an.
O iya ada yang ketinggalan, kameranya. Niha sampe Batur bar Isya, jadi baru bisa sampe ke tanganku saat itu. kataya batrenya habis, jadi gak sepet moto sunset. Gak po2 lah.
Wah, selesai juga perjalananku di Jogja, apalagi bersama adik & temen lawasku. Semoga esok masih diberi kesempatan untuk mengunjungi tempat2 menarik lainnya di Jogja…
In my sweet home :), Batur, 26 Oktober 2008