Kamis, 22 Oktober 2009

Semangat Awal Tahun di Lirboyo

Irfa' ro’saka!, angkatlah kepalamu wahai para Santri. Di luar sana ada banyak orang yang berusaha menghancurkan kita. Kita boleh ndingkluk ketika berhadapan dengan mbah Kiai Idris, tetapi kita harus tegap, berani & siap menghadapi mereka (golongan non ahlu sunnah wal jamaah).

Ini adalah sebagian kutipan dari pidato panjang Kiai Said Aqil Siradj tadi malam di serambi. Sedikit banyak orasi sekitar satu jam itu dapat melecutkan kembali semangatku sebagai santri & membuat semakin jelas apa & bagaimana visi generasi pesantren. Acara yang bertajuk Halal bi Halal seponpes Lirboyo yang diadakan di serambi masjid Lirboyo ini merupakan acara rutin tiap tahun untuk membuka & mengaktifkan kembali kegiatan-kegiatan di ponpes Lirboyo. Kali ini Lirboyo kedatangan 2 tamu kehormatan, Gus Ipul ( Bpk. Saifullah Yusuf), wagub Jatim & Kang Said (KH. Said Qil Siradj), pengurus PBNU yang juga alumni Lirboyo.

Pidato dari beliau berdua banyak menyinggung tentang pesantren. Maklum pesantren Lirboyo adalah salah satu lembaga pendidikan yang masih berbasis salaf. Gus Ipul lebih membahas perkembangan madrasah diniyah di Jatim & ke depannya. Fakta yang terjadi 80 % madrasah diniyah (Madin) berada di bawah naungan kiai & pesantren. Dan peran madin sendiri ternyata sangat besar, yaitu turut melestarikan keilmuan Islam. Ironisnya madin & pesantren terkesan dianak-tirikan oleh pemerintah. Mulai dari masalah finansial hingga kesehatan. Nah, maka dari itu duet Pakde Karwo-Gus Ipul ingin membuat inovasi baru dalam masa pemerintahannya. Salah satunya adalah mengangkat kembali derajat pesantren yang sejak dulu memang menjadi ikon Jatim. Dari penjelasan Gus yang humoris & berkumis ini pesantren-pesantren di Jatim akan diberi BOS seperti yang telah diberikan kepada sekolah-sekolah formal lainnya pada tahun 2010. Dana yang sudah terkumpul sekitar 200 M. kita doakan saja semoga niat baik para umara kita ini diridhoi oleh Allah.

Sementara itu kang Said banyak memberikan motivasi, masukan & wawasan tentang NU, pesantren & aliran-aliran lain. Seperti yang kusinggung di atas, pidato beliau dapat membakar semangatku sebagai santri. Santri harus siap mental & ilmu dalam berbakti di masyarakat & mengahadapi golongan yang ingin merusak aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Kang Said banyak berbicara tentang Wahabbi golongan yang mempunyai ‘hobi’ membid’ahkan luar kaumnya. Oleh beliau kekurangan-kekurangan mereka dibahas habis. Diantaranya adalah kurangnya kaum ulama di dalamnya. Ulama di sini bukan dalam arti luas, orang yang ahli dalam bidang keilmuan. Ulama merupakan sebutan untuk orang yang ahli dalam masalah agama Islam. Karenanya tak heran jika dalil & dasar yang sering mereka gunakan untuk main serang bid’ah terkesan banyak kejanggalan. Karena Islam di zaman Nabi memang berbeda di zaman sekarang. Mau tak mau sikap fleksibel (tasamuh) dalam menerima perkembangan zaman tak dapat dielakkan. Tentu saja dengan tetap berpegangan pada dasar-dasar Islam.

Perkembangan Islam sendiri telah melewati banyak kurun yang menghasilkan berbagai fan-fan ilmu yang dapat menjelaskan Islam. Sebagai contoh kita memerlukan banyak ilmu agar dapat mendalami Al Qur’an & Hadits. Diantaranya nahwu, shorof, balaghoh, mantiq, bayan, tafsir, tajwid dll. Ilmu-ilmu tersebut lahir dari pemikiran para ulama. Dari kurun yang sudah terlewati telah banyak ulama yang ikut andil melestarikan keilmuan Islam. Sementara itu kaum Wahabbi yang mengajak kembali ke Al Qur’an & Hadits seakan-akan meniadakan para ulama. Hanya orang-orang yang sepaham saja yang mereka cantumkan sebagai ulama. Karenanya kesan yang ditimbulkan Wahabi adalah berpikiran sempit & tidak terbuka. Apa yang dalam Al Qur’an & Hadits tak ada langsung mereka anggap bid’ah. Padahal 2 pedoman kita ini adalah rujukan yang selalu relevan di berbagai zaman. Karenanya makna & kandungannya begitu luas yang memerlukan pemikiran luas & terbuka. Kang Said dapat begitu detilnya membahasnya.

Apa yang menjadi kekurangan Wahabbi ternyata malah menjadi kelebihan Ahlus sunnah wal jamaah. Deretan ulama yang bersanad muttashil dengan Rasulullah banyak lahir di kalangan Aswaja. Buah tangan mereka memperkaya ilmu & pemahaman tentang ajaran Rasulullah. Karya-karya mereka pula yang menjadikan syari'at Islam masih lestari. Selain itu secara tidak langsung memudahkan kita, umat islam yang kurunnya jauh dengan kurun Nabi maupun sahabat, dalam memahami Islam. Maka apakah pantas jika kita meniadakan sederet Ulama yang telah berjasa, kemudian hanya segolongan & sepaham saja yang dimunculkan? Kang Said yang kini juga menjadi pentolan NU & Lirboyo menuntut para santri yang masih di pesantren untuk bisa menyamai & meneladani beilau-beliau para ulama Aswaja.

Sebagai santri yang berpaham Ahlus sunnah wal jamaah sudah sepantasnya kita melestarikan khazanah keilmuan Islam. Dengan orasi dari kedua tokoh di atas semangat & kepedulian kita sedikit-sedikit pasti terlecut. Maka mumpung masih awal tahun kita tata niat kita kembal.i Semangat & niat awal tahun memang bisa mempengaruhi kinerja kita ke depan. Ya Tholibal ilmi Irfa' Ro'saka!


Lirboyo, 9 Oktober 2009