Jika anak-anak mengidolakan Naruto karena jurus-jurusnya yang keren, para remaja putri menomor-satukan Sasuke karena penampilan fisiknya, teman-teman lain lebih suka pada pertempurannya, maka aku lebih tertarik pada alur cerita & cara penyampaian Masashi kepada pembaca tentang cerita-cerita para tokoh. Jika dibanding dengan novel, sebenarnya Naruto lebih menarik. Selain karena gambarnya yang sederhana dan detil, alurnya juga tak kalah menarik. Bukankah kebanyakan novel yang menjadi favorit adalah yang mempunyai alur rumit?
Satu hal yang begitu menonjol dalam serial Naruto adalah bangkit dari kegagalan. Terhitung dari semua tokoh yang sudah aku kenal adalah berlatar belakang tidak menguntungkan. Bahkan dikucilkan oleh orang-orang sekitar. Naruto sejak kecil dicap sabagi orang bodoh yang biang heboh. Dalam tubuhnya terkurung siluman berkekuatan luar bisaa yang ditakuti orang-orang. Sasuke hidup sebatang kara sejak klan keluarganya dibantai oleh kakaknya sendiri. Sakura dari kecil adalah orang yang penyendiri yang tak tahu kemampuannya. Lee hidup sebagai ninja yang tidak mempunyai kemampuan genjutsu (jurus ninja), hanya bisa mengandalakan taijutsu (fisik). Neji & Hinata hidup dalam kungkungan takdir keluarga Hyuga yang mengikat. Gaara dari kecil merupakan orang yang terbuang bahkan oleh ayahnya sendiri karena dianggap monster. Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh dengan latar belakangnya masing-masing.
Kiranya kiasan kegagalan merupakan pijakan awal menuju kesuksesan ada benarnya. Tak sukses yang muncul dengan sendirinya atau warisan dari keluarga. Sukses yang sebenarnya adalah dari diri sendiri. Karena nasihat dari hati nurani lebih mempengaruhi daripada komentar-komentar orang lain. Orang yang sukses adalah orang yang berhasil menemukan impiannya & berusaha sekuat tenaga untuk menggapainya.
Ambil contoh saja Naruto. Satu hal yang begitu melekat & menjadi karakter Naruto adalah pantang menyerah. Dulunya Naruto memang terkucilkan & selalu sakit hati. Seiring bertambahnya usia & teman-temannya Naruto bisa mematri dalam jiwanya untuk selalu berkorban demi melindugi orang yang dicintainya. Karena hal ini ia tidak pernah menyerah sebelum bisa menyelamatkan temannya. Kata-kata khasnya adalah, aku tidak akan menarik kata-kataku. Itulah jalan ninjaku. Sekali maju ia tidak akan mundur sebelum tujuannya tercapai. Mengherankan memang sifat keras kepalanya ini. Tapi di sinilah sebenarnya tumbuh kekuatan itu, nasehat (motivasi) dari diri sendiri. Bukankah Nabi SAW kuga bersabda, istafti qolbak!. Kekuatan dari diri sendirilah yang dapat membangkitkan kekuatan yang lain. Lihat saja ketika Naruto bertarung melawan Gaara juga Orochimaru & Kabuto demi melindungi temannya. Bahkan karena sikapnya ini semangat teman-temannya ikut terbakar. Sikap pantang menyerah & ingin melindungi yang timbul dari diri sendii. Inilah salah satu poin openting yang dapat dipetik dari Naruto.
Nah, sekarang mari kita larikan pada kenyataan. Setelah dari tadi membahas dunia khayalan Masashi Kishimoto mari kita bertanya pada diri kita sendiri, bagaimana dengan kita? Apakah sudah mempunyai tujuan yang jelas? Seperti Hokage yang menjadi tujuan Naruto. Lantas sudahkan kita berusaha mencapainya? Dan ingat kekuatan terbesar adalah dari diri sendiri. Jika tidak maka dari kehidupan sekitar.
Lembaran-lembaran sulit kehidupan yang terjadi pada Naruto dan kawan-kawan adalah hasil observasi sang pengarang juga. Pada kenyataannya memang demikian. Tak ada orang yag sukses yang kehidupannya selalu di atas dari awal hingga akhir. Dan ada saja jalan untuk mencapai puncak tersebut seterjal apapun itu. Hanya orang-orang-orang yang bermental kuat & berkarakter yang dapat melewatinya dengan caranya sendiri.
Seorang pedagang sukses bisa saja dulunya hanyalah satu dari sekian pengasong atau buruh. Dengan kemauan kuat ia bisa mentas dari perjuangannya sehingga dapat menjadi saudagar. Seorang pelukis, ambil contoh saja Gus Mus, sampai rela menjadi pembantu seorang pelukis terkenal di kotanya demi melihat sang maestro menggoreskan kuas catnya pada kanvas. Seorang mahasiswa atau santri ‘sejati’ harus bisa mengatur waktu kuliahnya yang terbatas agar selalu diisi dengan hal-hal yang dapat menunjang prestasinya. Para bahtsu-is (sebutan untul altivis bahtsu dariku :P) tidak bisa dikatakan tidak ngoyo dalam prosesnya untuk menjadi seorang yang mahir memainkan ibarot & memecahkan masail. Tak jarang diperlukan pelatihan (sorogan) intensif dengan pembimbing & kesadarannya selalu berusaha untuk bisa. Para pendekar pencak atau yang sejenisnya harus rela bontang-bantig badan demi mengusai teknik-teknik yang benar. Tak usah jauh-jauh, ibu juga termasuk orang kuat yang dibesarkan dengan penuh tempaan kesukaran sebagai anak sulung. Ibu rela sekolahnya tidak maksimal karena membantu orang tua (simbah) bekerja demi masa depan adik-adiknya. Walau tak semua sukses tapi kebanyakan sekarang sudah mapan & bisa membahagiakan orang tua.
Walhasil, dari sekelumit aneka kisah orang-orang yang memberikan warna di hidupku atadi mari kita bertanya, sudah seberapa ngoyokah kita yang sudah kita lakukan demi menapai impian? Tinggal kita memilih yang mana, jika usaha lebih tentu menghasilkan yang lebih pula, begitu juga sebaliknya. Karenanya kita harus gagal terlebih dahulu jika ingin mencapai kesuksesan di hari yang akan datang. Bukankah susah, sulit, gagal, & jatuh adalah sebuah keniscayaan untuk meraih mimpi & cita-cita?
Lirboyo,17 April 2010