Aku menjadi salah satu dari sekian ribu orang bersarung yang dari sore memenuhi jalur menuju alun-alun. Jalur kendaraan dialihfungsikan menjadi tempat berpijak langkah-langkah kang-kang santri. Benar-benar pemandangan yang tak biasa di kota Kediri karena mungkin hanya terjadi setahun sekali tiap awal tahun hijriyah. Dari Jembatan Baru kulihat masjid sudah penuh sesak oleh jamaah yang khusyuk mengikuti istighotsah pembuka acara yang dipimpin oleh KH Ilham Nadzir. Hampir tak ada tempat yang tersisa di dalam & serambi masjid. Aku& teman-teman kamar Solo yang bareng jalan menempati pelataran & trotoar masjid. Masya Allah, aku tak henti-hentinya berdecak kagum dengan antusiasme masyarakat Kediri dalam mengikuti acara ini.
Selama di Kediri 2 tahun sudah aku tidak mengikuti acara tahunan ini. Dulu pertama kali aku ikut masjid sebesar & sebagus ini masih belum sempurna pembangunannnya. Tiang-tiang pualam masih dilapisi plastik, pelataran masjid masih belum bisa digunakan, & material-material bangunan masih tercecer dimana-mana. Waktu itu aku ikut di dalam masjid. Yang menarik saat istighostah ba'da maghrib dilaksanakan hujan turun deras sekali. Seakan-akan langit juga ingin ikut serta berdoa & menurunkan rahmatNya. Anehnya begitu istighotsah selesai & ditutup dengan doa hujan yang dari tadi mengguyur deras tanpa kompromi tiba-tiba reda. Hanya gerimis kecil yang tersisa sampai akhir acara. Subhanallah, sekali lagi Allah menampakkan kebesaranNya.
Aku duduk di tengah teras masjid di samping menara dimana mozaik bintang 8 menghiasi lantainya. Aku, kang Arif, & kang Said yang pertama menempati area tersebut. Teman-teman yang tadi bareng dengan kami duduk di trotoar masjid tepat dibawah kami. Istighotsah sudah dimulai dari tadi. Kami bergabung dengan atmosfer istighotsah ketika bacaan sampai di akhir surat Yasin. Selama istighotsah orang-orang yang berbondong-bondong tak henti-hentinya datang. Sampai akhirnya selesai istighotsah jalan di depan masjid resmi ditutup. Lautan manusia berbaju putih kini membanjiri jalan Raya Sudirman. Kyai An'im mengambil alih perhatian jamaah dengan memimpin pembacaan doa akhir tahun hingga waktu maghrib tiba.
Semburat oranye menggores langit sore masjid yang dibanjiri lautan manusia. Berpakaian serba putih memanjatkan harapan kebaikan di waktu yang akan datang. Benar-benar pemandangan yang sangat mengagumkan. Lautan manusia mengelilingi masjid dengan semburat oranye menjelang maghrib terhampar di atasnya. Subhanallah.
Setelah sekian puluh doa dipanjatkan akhirnya waktu maghrib tiba. Suara doa akhir tahun digantikan oleh merdunya alunan adzan maghrib. Menandakan berakhirnya hari terakhir Dzulhijjah 1429. Berlalunya detik-detik berharga bagi yang memanfaatkannya & dimulainya lembaran baru bagu hamba-hambaNya yang bersedia memanfaatkannya. Hari pertama Muharram telah dimulai. Sholat maghrib bersama ribuan muslim di area masjid agung menjadi pembuka agenda kegiatanku di tahun 1430 H ini.
Selesai sholat maghrib acara dilanjutkan dengan pembacaan doa awal tahun sebagai permohonan kebaikan & rahmat di waktu mendatang yang dipimpin oleh KHA Idris Marzuqi. Doa tersebut dimulai dengan membaca ayat kursi sekitar 30 kali. Sebenarnya malah 360 kali, sejumlah dengan jumlah hari di tahun qomariyah. Tujuannya agar diberi umur & dilindungi dari syetan hingga tahun mendatang, begitulah tutur Syaikh Al Mishry yang disampaikan KH Miftahul Akhyar ketika taushiyah. Setelah itu dilanjutkan dengan doa awal tahun, hawwil hauly ila ahsanil ahwal 3 kali. Memohon kepada Yang Kuasa agar diberi kebaikan di waktu yang akan datang.
Alunan syahdu ayat-ayat suci & hikmat sholawat badar menyusul setelah doa awal tahun selesai. Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan panitia oleh KH Hasyim Nawawi yang juga salah satu orang pemerintahan Kota Kediri. Kemudan berlanjut dengan taushiyah oleh KH Miftahul Akhyar dari Probolinggo yang menjabat sebagi rais syuriah PWNU Jatim. Beliau menyampaikan sebuah refleksi apik sebagai bekal sarana introspeksi diri di awal tahun ini. 'Suatu masa dikatakan lebih buruk jika pada masa itu manusia terlalu mengedepankan akal & meninggalkan hati nurani', itu salah satu maqolah yang beliau sampaikan yang dipetik dari Abdullah bin Abbas. Beliau berceramah tentang fenomena akhir zaman yang semakin menjauhi akhlak & syariat islam. Orang-orang Islam mulai kembali ke zaman jahiliyah. Menyembah selain Allah, hura-hura, kriminalitas merajalela, agama dicampakkan, nafsu dijunjung tinggi, sampai akhirnya Islam kehilangan identitas aslinya sebagai agama Rahmatan Lil 'Alamin. Dan itu semua ternyata sudah mulai terjadi di zaman sekarang ini. Maka apakah kita sebagai umat Islam tidak sadar & kembali ke jalanNya? Karena kita tak tahu apakah kita masih bisa menghirup udara di bumi ini besok. Selain itu beliau juga berharap agar pemerintahan selanjutnya bisa lebih baik dari yang sekarang, karena tahun depan walikota Kota Kediri, pak Maschut sudah tergantikan dengan pak dokter Samsul.
Taushiyah berakhir menjelang isya'. Para jamaah yang ada di sepanjang jalan & pelataran masjid sudah banyak yang beranjak. Di depan kami sudah banyak tempat-tempat kosong yang ditinggal pergi orang yang duduk di sana. Aku & kang Arif maju ke serambi depan ketika adzan isya' dikumandangkan. Dari atas kulihat para santri sudah banyak yang meninggalkan masjid agung. Tapi kami tetap di sini dulu untuk sembahyang isya'. Karena penutup rangkaian acara petang itu adalah sholat isya'.
Kami beranjak meninggalkan area doa bersama begitu sholat & dzikir selesai. Kembali menjadi salah satu antrian santri yang mengular sepanjang jalur ke Lirboyo. Akhirnya selesai juga pembuka agenda kegiatanku di waktu yang akan datang. Aku harap aku dapat memanfaatkan nikmat yang dihamparkanNya di tahun mendatang, menyadari akan semua khilaf yang telah kukerjakan di tahun lalu & bisa memperbaiki khilaf, salah, lupa, & dosa yang tercecer di antara hari-harinya. Amiiieeen
Kediri, 3 Januari 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar