Tulisan-tulisanku walaupun tak ada yang menarik darimu AKu selalu tak segan tuk bercengkrama denganmu
Jumat, 21 Agustus 2009
Indonesia Merdeka??!!
Puluhan tahun yang lalu Indonesia belum menemukan kembali identitas aslinya
Puluhan tahun yang lalu deru mobil & kapal perang menghiasi keheningan & ketentraman Indonesia
Puluhan tahun yang lalurentetan mesiu & dinamit menjadi sarapan rutin rakyat Indonesia
Puluhan tahun yang lalu para pemudalah yang sibuk mencari celah & merumuskan apakah kemerdekaan itu
Puluhan tahun yang lalu Indonesia tidaklah seperti Indonesia kini
Hingga akhirnya
64 tahun yang lalu semangat pemuda berhasil membuktikan kepada Belanda, bahwa inilah Indonesia
64 tahun yang lalukobar semangat pejuang benar-benar berarti bagi Indonesia
64 tahun yang lalu akhirnya Indonesia menemukan kembali jati dirinya setelah 3,5 abad dikaburkan oleh penjajah
64 tahun yang lalu Indonesia menyatakan kemerdekaannya lewat proklamasi
Indonesia telah merdeka
Indonesia telah bebas
Indonesia telah menemukan haknya kembali
Harapan para proklamator adalah memajukan bangsa
Impian para pahlawan adalah menciptakan generasi penerus kemerdekaan
Cita-cita para pendahulu kita adalah terciptanya Indonesia yang adil & beradab
Indonesia Merdeka!!
…
64 tahun telah berlalu
Sudahkah kita memenuhi harapan mereka?
Sudahkah kita mewujudkan cita-cita mereka?
Sudahkah kita menjadi generasi penerus bangsa yang adil & beradab?
Lihatlah kenyataan
Para pemuda tidak lagi cinta Indonesia
Para pemuda lupa akan jasa para pendahulunya
Para pemuda mulai malu menyandang predikat sebagai bangsa Indonesia
Para pemuda lebih bangga dengan budaya asing
Para pemuda mulai kehilangan identitas Indonesianya
Inilah tugas kita
Sebagai tunas bangsa
Perjuangan belumlah tuntas
Apakah ini yang disebut
Merdeka??!!
Batur, 16 Agustus 2009
Kamis, 13 Agustus 2009
Hadiningrat emang Ningrat (part II)
Sesampai di pondok informasi yang kudapatkan kusebarkan ke teman-teman yang bersangkutan. Kang Daris, Syueb, kang Juw, kang Juki dll. Walau mendapat nomor akhir ternyata teman-teman tetap semangat ikut lomba ini. Mau tak mau semangatku ikut terlecut karenanya.
Ba'da maghrib diadakan rembugan & latihan lagi sama teman-teman. Formasi pertama terpaksa diubah. Eh bukan terpaksa ding, aku dengan senang hati melepas posisi dari vokal menjadi penabuh. Kang Marzuki, kang Juweni & kang Huda yang bertugas memegang mic. Aku, Syueb, Ahmad, kang Daris, kang Tohir & Saiful memegang alat. Kali ini ditambah gebrakan baru, ada penari latar tapi cuma satu orang. Narinya juga bukan cuma duduk, harus atraktif, bisa berdiri, berjalan dll. Yang beruntung menjadi personel baru ini adalah Abror.
Sebelum berangkat kita mendapat panggilan dari kantor untuk segera berangkat ke lokasi lomba, mengingat waktu semakin malam. Setelah siap, kami bareng-bareng ke muktamar nyepeda. Aku sempatkan ngabari Nunuk lewat HPnya kang Huda. Mbok menowo nanti ada temanku yang lihat. Sayang ternyata nomor yang aku tuju salah. Gak nyampe deh smsnya...
Aku dibonceng Abror yang memakai sepeda Fatah. Tanpa basa basi kami langsung menuju tempat acara & memarkir sepeda-sepeda di dekat standnya Zaki. Kali ini Ahmad yang turun tangan mendaftar ulang. Dan darinya kita mendapat nomor 11 untuk tampil dipanggung. Saat itu adalah penampilan ke 7. Jadi kita masih bisa santai dulu. Walau begitu kami harus tetap stand by bersama bersama yang lain. Kami semua ngumpul di samping panggung.
Penampilan demi penampilan memukau sempat membuat kami minder. Banyak grup-grup yang kreasinya bagus-bagus, meskipun tidak memakai alat elektronik. Inilah aspek nilai tertinggi, inovasi. Kami dituntut bisa memberikan sesuatu yang berbeda. Tak heran peserta-peserta lain banyak memakai variasi. Baik intro dengan terbang rancak maupun kalem, suluk-suluk, dll. Tak sia-sia kami mengikuti kontes ini. Banyak ilmu yang kami peroleh.
Beberapa puluh menit kemudian tibalah giliran Hadiningrat menunjukkan kebolehannya. Mbak MC memanggil kami. Dengan langkah mantap kami injakkan kaki di atas tangga & panggung. Tak butuh waktu lama kami menata diri. Setelah dipersilakan kami mulai aksi kami.
Sorak sorai membahana di bawah kami. Ketika nama grup kami dipanggil ternyata banyak cah-cah pondok yang berkali-kali meluncurkan gojlokannya. Haye kaya kiye, kata mereka. Selain gojlokan, suporter HY yang dikoordinir oleh Obed juga turut meramaikan aksi kami. Jadi ketika kami tampil kesan lenggang sama sekali tidak terasa. Mungkin saja karena memang teman-teman dari personel Hadiningrat orangnya heboh-heboh.
Kang Marzuki membuka aksi dengan salam kemudian disusul dengan intro terbang. Setelah itu disaut kembali dengan suluk Ya badrotim. Lagu wajib Ya Badrotim sengaja kami menggunakan nada njowo banget. Gak salah kan kalo namanya Hadiningrat. Variasi dalam lagu ini juga lumayan sip. O iya Abror sang penari tuggal mengunjukkan aksinya saat terbang pertama dalam lagu ini ditabuh. Dia berdiri memakai gamis & surban serta memegang icik-icik. Peh, aku tidak berani melihatnya, takut buyar konsentrasiku.
Lagu kedua yang kami bawakan adalah Alfa Shollaloh. Sengaja kami memilih lagu ini karena juga banyak variasi berhentinya. Sekilas aku melihat Obed & teman-temannya berjoget di depan juri. Lha ketika kami semua berhenti ndillalah posisi mereka sedang berdiri satu kaki. Brek...! terbang berhenti seketika itu mereka berlagak jadi patung. Duh, dasar ada-ada saja ulah mereka. Aku hampir kehilangan konsentrasi karenanya.
Tak lama kemudian penampilan kami selesai. Tepuk tangan membahana di bawah panggung. Mbak MC mempersilakan turun. Akhirnya kami bisa bernafas lega. Alhamdulillah semua berjalan sesuai gambaran.
Sekian lama kemudian pengumuman pemenang langsung dibacakan oleh Pak Bustanul Arifin. Kami semua sudah berkumpul di dekat sepeda. Pak Bus memberikan kesan & pesan terlebih dahulu.
Dari ke 12 peserta diambil 6 besar. Masing-masing mendapat trophi, piagam & uang pembinaan. Pak Bus terlebih dahulu membacakan nilai ke 6 besar. Dan setelah itu satu persatu dibacakan dari belakang. Dari 6 sampe 3 Hadiningrat belum juga disebut. Kami hampir putus asa. Akan tetapi takdir berkata lain. Pak Bus mengumumkan bahwa Hadiningrat, nama raja Pajang berhak mendapat nominasi ke 2. sontak kami berjingkrak gak karuan, campuran anatara kaget & senang.
Sebagai perwakilan yang maju ke depan mengambil hadiah secara simbolis adalah kang Marzuki. Kali ini kami benar-benar baru bisa bernafas lega. Hadiningrat berhasil mengharumkan namanya & HY. Dan kenyataannya Hadiningrat memang ningrat...
Minggu, 09 Agustus 2009
Filosofi Tak Gendong
Daripada kamu naik pesawat kedinginan
Mendingan tak gendong to, enak to, mantep to
Ayo ke mana....
Where are you going?
OK I am booking
Where are you going?
OK my darling
Siapa pula yang belum tahu lagu unik dari seniman nyentrik asal Mojokerto ini? Hampir seluruh lapisan masyarakat tahu dia. Mbah Surip, seniman berambut gimbal ini memang sedang tenar-tenarnya. Bagaimana tidak, tak gendong dapat kita jumpai di mana pun. Banyak orang terhibur karena lagu tersebut. Akan tetapi siapa sangka dibalik kejenakaan lirik lagu Mbah Surip tersimpan filosofi kehidupan khas Mbah Surip yang begitu dalam.
Secara keseluruhan lirik dalam lagu ini mengajarkan kita kesederhanaan. Lihat saja Mbah Surip yang lebih memilih digendong dari pada naik pesawat. Tentu saja mbah tidak akan begitu jika perjalanan yang ditempuhnya memang memerlukan pesawat :P.
Mbah Surip tampak sangat loyal sekali dalam membantu sesama. Mbah tanpa pamrih selalu menawarkan jasa gendongnya. Walaupun kita sendiri tahu mbah sudah sepuh. Hehehe. Lihat saja lirik, mendingan tak gendong to. Seakan Mbah Surip mengajarkan kepada kita betapa pentingnya menolong sesama. Walaupun justru kita yang sebenarnya butuh pertolongan. Baik yang kita tolong sedang tidak membutuhkan kita, terlebih saat membutuhkan.
Selain itu tak gendong juga mengajarkan kita arti gotong royong. Betapa pentingnya kerja tim dalam mengatasi suatu masalah. Bagaimana bukan kerja tim, jika kita menawarkan jasa gendong tetapi kita tidak kuat untuk menggendongnya sendiri. Tentunya di sini kita memerlukan bantuan dari yang lain. Lihat saja lirik, daripada kamu naik ojek kesasar. Di sana tergambar motivasi seseorang kepada temannya, bahwa selalu ada bantuan dari resiko suatu pekerjaan. Teman kita mengingatkan kita akan bahaya yang akan kita hadapi jika kita salah memilih. Sekali lagi Mbah Surip mengajarkan kita aspek terpenting dalam kehidupan, persahabatan.
Lewat lagu ini juga mbah berpesan untuk mensyukuri karunia Allah dengan memanfaatkan apa yang ada dalam diri kita sendiri. Mbah Surip lebih memilih menggunakan tenaganya sendiri daripada repot-repot naik ojek. Menggendong tentunya menggunakan tenaga kita sendiri tanpa merepotkan orang lain. Selain itu secara tidak langsung kita juga sedang berolahraga. Akan tetapi bagi fisiknya sudah tidak pantas lagi untuk menggendong tentunya jangan terlalu memaksakan. Olah raga tidak hanya menggendong bukan?
Filosofi yang lainnya adalah lewat tak gendong ini Mbah Surip mengajarkan kita untuk selalu menggendong akhlak, iman & Islam kita. Mungkin mbah sangat memprihatinkan kondisi masyarakat kini yang sudah mulai menanggalkan jubah akhlaknya. Lihatlah, di mana-mana tindak kriminal terus terjadi tiap hari, tak ada sekat antara orang tua dengan yang lebih muda, budaya malupun mulai malu untuk dikenakan. Bukankah ini semua telah menyimpang jauh dari ajaran, adat & budaya timur yang begitu menjunjung tinggi kesopanan.
Lewat tak gendong ini secara implisit Mbah Surip ingin agar kita, penggemar & pendengar lagu mbah kembali menjunjung budaya kita sendiri. Juga mbah ingin kita selalu menggendong budaya, produk & aset bangsa kita sendiri. Intinya Mbah Surip menginginkan kita back to ourself. Yang akhirnya bangsa kita dapat tersenyum kembali & mengucapakan I love you full kepada kita semua.
Sosok Mbah Surip yang nyentrik memang bisa kita jadikan teladan. Di usianya yang sudah tergolong senja Mbah Surip tak pernah bosan untuk berkarya & berkarya, kalau perlu hingga nafas terakhir berhembus. Itu sejalan denga tuntutan Islam, bahwa tak ada batasan umur dalam mencari ilmu.
Mbah Surip adalah fenomena. Mbah Surip adalah salah satu putra bangsa yang membuktikan bahwa untuk bisa menjunjung bangsa tidak perlu menunggu berada di titik puncak. Bahwa akar rumput pun bisa menorehkan sejarah berharga bagi bangsanya. Dengan pembawaannya yang apa adanya, sederhana & cuek Mbah Surip ingin menyemangati kita, para akar rumput untuk terus berkarya & mengharumkan nama bangsa. Mbah Surip adalah akar rumput sejati yang berhasil meroket hingga membelah angkasa Indonesia. Mbah Surip adalah akar rumput fenomenal dengan segala kenyentrikan & filosofi yang sarat makna.
Selamat jalan Mbah Surip. Doa kami menyertaimu. Kini mbah tak perlu menggendong lagi. Biar kami, generasi muda yang menggendong amanat bangsa ini untuk bisa harum ke mana-mana...
Batur, 9 Agustus 2009