Sesampai di pondok informasi yang kudapatkan kusebarkan ke teman-teman yang bersangkutan. Kang Daris, Syueb, kang Juw, kang Juki dll. Walau mendapat nomor akhir ternyata teman-teman tetap semangat ikut lomba ini. Mau tak mau semangatku ikut terlecut karenanya.
Ba'da maghrib diadakan rembugan & latihan lagi sama teman-teman. Formasi pertama terpaksa diubah. Eh bukan terpaksa ding, aku dengan senang hati melepas posisi dari vokal menjadi penabuh. Kang Marzuki, kang Juweni & kang Huda yang bertugas memegang mic. Aku, Syueb, Ahmad, kang Daris, kang Tohir & Saiful memegang alat. Kali ini ditambah gebrakan baru, ada penari latar tapi cuma satu orang. Narinya juga bukan cuma duduk, harus atraktif, bisa berdiri, berjalan dll. Yang beruntung menjadi personel baru ini adalah Abror.
Sebelum berangkat kita mendapat panggilan dari kantor untuk segera berangkat ke lokasi lomba, mengingat waktu semakin malam. Setelah siap, kami bareng-bareng ke muktamar nyepeda. Aku sempatkan ngabari Nunuk lewat HPnya kang Huda. Mbok menowo nanti ada temanku yang lihat. Sayang ternyata nomor yang aku tuju salah. Gak nyampe deh smsnya...
Aku dibonceng Abror yang memakai sepeda Fatah. Tanpa basa basi kami langsung menuju tempat acara & memarkir sepeda-sepeda di dekat standnya Zaki. Kali ini Ahmad yang turun tangan mendaftar ulang. Dan darinya kita mendapat nomor 11 untuk tampil dipanggung. Saat itu adalah penampilan ke 7. Jadi kita masih bisa santai dulu. Walau begitu kami harus tetap stand by bersama bersama yang lain. Kami semua ngumpul di samping panggung.
Penampilan demi penampilan memukau sempat membuat kami minder. Banyak grup-grup yang kreasinya bagus-bagus, meskipun tidak memakai alat elektronik. Inilah aspek nilai tertinggi, inovasi. Kami dituntut bisa memberikan sesuatu yang berbeda. Tak heran peserta-peserta lain banyak memakai variasi. Baik intro dengan terbang rancak maupun kalem, suluk-suluk, dll. Tak sia-sia kami mengikuti kontes ini. Banyak ilmu yang kami peroleh.
Beberapa puluh menit kemudian tibalah giliran Hadiningrat menunjukkan kebolehannya. Mbak MC memanggil kami. Dengan langkah mantap kami injakkan kaki di atas tangga & panggung. Tak butuh waktu lama kami menata diri. Setelah dipersilakan kami mulai aksi kami.
Sorak sorai membahana di bawah kami. Ketika nama grup kami dipanggil ternyata banyak cah-cah pondok yang berkali-kali meluncurkan gojlokannya. Haye kaya kiye, kata mereka. Selain gojlokan, suporter HY yang dikoordinir oleh Obed juga turut meramaikan aksi kami. Jadi ketika kami tampil kesan lenggang sama sekali tidak terasa. Mungkin saja karena memang teman-teman dari personel Hadiningrat orangnya heboh-heboh.
Kang Marzuki membuka aksi dengan salam kemudian disusul dengan intro terbang. Setelah itu disaut kembali dengan suluk Ya badrotim. Lagu wajib Ya Badrotim sengaja kami menggunakan nada njowo banget. Gak salah kan kalo namanya Hadiningrat. Variasi dalam lagu ini juga lumayan sip. O iya Abror sang penari tuggal mengunjukkan aksinya saat terbang pertama dalam lagu ini ditabuh. Dia berdiri memakai gamis & surban serta memegang icik-icik. Peh, aku tidak berani melihatnya, takut buyar konsentrasiku.
Lagu kedua yang kami bawakan adalah Alfa Shollaloh. Sengaja kami memilih lagu ini karena juga banyak variasi berhentinya. Sekilas aku melihat Obed & teman-temannya berjoget di depan juri. Lha ketika kami semua berhenti ndillalah posisi mereka sedang berdiri satu kaki. Brek...! terbang berhenti seketika itu mereka berlagak jadi patung. Duh, dasar ada-ada saja ulah mereka. Aku hampir kehilangan konsentrasi karenanya.
Tak lama kemudian penampilan kami selesai. Tepuk tangan membahana di bawah panggung. Mbak MC mempersilakan turun. Akhirnya kami bisa bernafas lega. Alhamdulillah semua berjalan sesuai gambaran.
Sekian lama kemudian pengumuman pemenang langsung dibacakan oleh Pak Bustanul Arifin. Kami semua sudah berkumpul di dekat sepeda. Pak Bus memberikan kesan & pesan terlebih dahulu.
Dari ke 12 peserta diambil 6 besar. Masing-masing mendapat trophi, piagam & uang pembinaan. Pak Bus terlebih dahulu membacakan nilai ke 6 besar. Dan setelah itu satu persatu dibacakan dari belakang. Dari 6 sampe 3 Hadiningrat belum juga disebut. Kami hampir putus asa. Akan tetapi takdir berkata lain. Pak Bus mengumumkan bahwa Hadiningrat, nama raja Pajang berhak mendapat nominasi ke 2. sontak kami berjingkrak gak karuan, campuran anatara kaget & senang.
Sebagai perwakilan yang maju ke depan mengambil hadiah secara simbolis adalah kang Marzuki. Kali ini kami benar-benar baru bisa bernafas lega. Hadiningrat berhasil mengharumkan namanya & HY. Dan kenyataannya Hadiningrat memang ningrat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar