Tak gendong ke mana-mana...
Daripada kamu naik pesawat kedinginan
Mendingan tak gendong to, enak to, mantep to
Ayo ke mana....
Where are you going?
OK I am booking
Where are you going?
OK my darling
Siapa pula yang belum tahu lagu unik dari seniman nyentrik asal Mojokerto ini? Hampir seluruh lapisan masyarakat tahu dia. Mbah Surip, seniman berambut gimbal ini memang sedang tenar-tenarnya. Bagaimana tidak, tak gendong dapat kita jumpai di mana pun. Banyak orang terhibur karena lagu tersebut. Akan tetapi siapa sangka dibalik kejenakaan lirik lagu Mbah Surip tersimpan filosofi kehidupan khas Mbah Surip yang begitu dalam.
Secara keseluruhan lirik dalam lagu ini mengajarkan kita kesederhanaan. Lihat saja Mbah Surip yang lebih memilih digendong dari pada naik pesawat. Tentu saja mbah tidak akan begitu jika perjalanan yang ditempuhnya memang memerlukan pesawat :P.
Mbah Surip tampak sangat loyal sekali dalam membantu sesama. Mbah tanpa pamrih selalu menawarkan jasa gendongnya. Walaupun kita sendiri tahu mbah sudah sepuh. Hehehe. Lihat saja lirik, mendingan tak gendong to. Seakan Mbah Surip mengajarkan kepada kita betapa pentingnya menolong sesama. Walaupun justru kita yang sebenarnya butuh pertolongan. Baik yang kita tolong sedang tidak membutuhkan kita, terlebih saat membutuhkan.
Selain itu tak gendong juga mengajarkan kita arti gotong royong. Betapa pentingnya kerja tim dalam mengatasi suatu masalah. Bagaimana bukan kerja tim, jika kita menawarkan jasa gendong tetapi kita tidak kuat untuk menggendongnya sendiri. Tentunya di sini kita memerlukan bantuan dari yang lain. Lihat saja lirik, daripada kamu naik ojek kesasar. Di sana tergambar motivasi seseorang kepada temannya, bahwa selalu ada bantuan dari resiko suatu pekerjaan. Teman kita mengingatkan kita akan bahaya yang akan kita hadapi jika kita salah memilih. Sekali lagi Mbah Surip mengajarkan kita aspek terpenting dalam kehidupan, persahabatan.
Lewat lagu ini juga mbah berpesan untuk mensyukuri karunia Allah dengan memanfaatkan apa yang ada dalam diri kita sendiri. Mbah Surip lebih memilih menggunakan tenaganya sendiri daripada repot-repot naik ojek. Menggendong tentunya menggunakan tenaga kita sendiri tanpa merepotkan orang lain. Selain itu secara tidak langsung kita juga sedang berolahraga. Akan tetapi bagi fisiknya sudah tidak pantas lagi untuk menggendong tentunya jangan terlalu memaksakan. Olah raga tidak hanya menggendong bukan?
Filosofi yang lainnya adalah lewat tak gendong ini Mbah Surip mengajarkan kita untuk selalu menggendong akhlak, iman & Islam kita. Mungkin mbah sangat memprihatinkan kondisi masyarakat kini yang sudah mulai menanggalkan jubah akhlaknya. Lihatlah, di mana-mana tindak kriminal terus terjadi tiap hari, tak ada sekat antara orang tua dengan yang lebih muda, budaya malupun mulai malu untuk dikenakan. Bukankah ini semua telah menyimpang jauh dari ajaran, adat & budaya timur yang begitu menjunjung tinggi kesopanan.
Lewat tak gendong ini secara implisit Mbah Surip ingin agar kita, penggemar & pendengar lagu mbah kembali menjunjung budaya kita sendiri. Juga mbah ingin kita selalu menggendong budaya, produk & aset bangsa kita sendiri. Intinya Mbah Surip menginginkan kita back to ourself. Yang akhirnya bangsa kita dapat tersenyum kembali & mengucapakan I love you full kepada kita semua.
Sosok Mbah Surip yang nyentrik memang bisa kita jadikan teladan. Di usianya yang sudah tergolong senja Mbah Surip tak pernah bosan untuk berkarya & berkarya, kalau perlu hingga nafas terakhir berhembus. Itu sejalan denga tuntutan Islam, bahwa tak ada batasan umur dalam mencari ilmu.
Mbah Surip adalah fenomena. Mbah Surip adalah salah satu putra bangsa yang membuktikan bahwa untuk bisa menjunjung bangsa tidak perlu menunggu berada di titik puncak. Bahwa akar rumput pun bisa menorehkan sejarah berharga bagi bangsanya. Dengan pembawaannya yang apa adanya, sederhana & cuek Mbah Surip ingin menyemangati kita, para akar rumput untuk terus berkarya & mengharumkan nama bangsa. Mbah Surip adalah akar rumput sejati yang berhasil meroket hingga membelah angkasa Indonesia. Mbah Surip adalah akar rumput fenomenal dengan segala kenyentrikan & filosofi yang sarat makna.
Selamat jalan Mbah Surip. Doa kami menyertaimu. Kini mbah tak perlu menggendong lagi. Biar kami, generasi muda yang menggendong amanat bangsa ini untuk bisa harum ke mana-mana...
Batur, 9 Agustus 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar