Sabtu, 14 November 2009

Episode Terakhir El Rahma

Motor Pak Fata yang kami tumpangi melaju ke timur arah alun-alun. Kami akan menuju hotel Insumo, tempat aku nanti diwisuda. Akhirnya setahun sudah aku belajar di El Rahma. Sebentar lagi aku & teman-teman seangkatanku resmi menjadi alumni darinya. Apa yang kudapatkan selama syibih kuliah ini masih tergolong dasar pijakan sebagai langkah awal menuju dunia usaha. Tak kusangka ternyata tak sedikit teman-temanku malah sudah terjun ke dunia kerja. Aku sendiri mungkin belum. Masih ingin fokus ke satu urusan dulu.
Hotel Insumo Palace terletak + 500 m ke arah selatan dari alun-alun. Lokasinya asri & strategis. Terletak di pinggir sungai Brantas. Areanya juga lebih nyaman jika dibandingkan dengan hotel Lotus, tempat El Rahma mengadakan acara pelatihan terjemah Al Qur'an dulu. Lotus memang menjanjikan kemewahan, pelayanan & fasilitasnya yang lux. Tapi sayang areanya saja yang sempit, nyempil di antara gedung-gedung dinas & rumah-rumah penduduk. Insumo mempunyai kawasan yang luas. Bayangkan saja, ada restoran, hotel, gedung pertemuan, area parker, 2 lapangan tennis, juga lahan & gedung kosong yang aku tak tahu fungsinya. Walau tak se'wah' lotus, insumo menawarkan suasana yang lebih asri. Beruntung kemarin saat gladi bersih aku yang pertama kali sampai di sini. Tak kusia-siakan untuk menikmati & berkeliling area hotel.
Di dalam undangan tertera bahwa wisuda El Rahma akan dimulai pukul 9. Aku & bapak sampai di tempat tujuan pukl 8.30. karena intruksi dari pembina bahwa sebelum wisuda dimulai akan diadakan gladi bersih lagi sebagai persiapan terakhir. Jadi hanya berlatih bagaimana sikap kami selama acara berlangsung. Tapi, apa sudah menjadi kebiasaan, teman-teman belum banyak yang berkumpul ketika aku sampai di sini. Apa boleh buat. Bapak kutinggalkan sendiri bersama wali murid yang lain. Aku bergabung dengan teman-teman lain di aula. Kami semua yang sudah berkumpul diminta untuk langsung siap dengan toga.
Gladi bersih dilaksanakan tak lebih dari satu jam. Alhamdulillah semua lancar. Kini tinggal praktek yang sebenarnya saat acara nanti. Pelaksanaan wisuda masih menunggu tamu undangan & widsudawan lain yang belum datang. Jeda antara selesai gladi dengan mulai wisuda hampir satu jam lamanya. Aku sampai ketar-ketir, apakah sebelum dhuhur nanti recanaku sudah terlaksana semuanya.
Pukul 10 MC membuka acara. Sebagai MC adalah Pak Mahfud, dalam bahasa indonesia & salah satu mahasiswa El Rahma, dalam bahasa Inggris. Aku belum mengenal keduanya. Urutan acara hampir sama dengan acara-acara lain pada umumnya.
Yang membuatku deg-degan adalah acara ketiga setelah para instruktur menempatkan diri & mendengarkan lagu Indonesia Raya. Aku & Linda ditugasi menjadi qori & pembaca sari tilawah sebagai pembukaan acara. Ketika kami dipanggil untuk maju ke depan demam panggung mulai menyerang. Pikiranku tetap kufokuskan untuk membaca tilawah nantinya. Langkah demi langkah terasa begitu berat. Dalam hati kami berdoa agar semua lancar sesuai dengan gladi kemarin. Sesampai di depan kami melangkah menuju mimbar setelah terlebih dahulu membungkukkan badan tanda hormat pada instruktur. Aku yang pertama naik. Nafas kuatur sedemikian rupa sehingga suasana lebih bersahabat. Ini seperti jam'iyyah di kamar, pikiranku memotivasi. Tak ada yang perlu dirisaukan. Baca dengan rileks & tenang. Begitu naik mimbar aku berdoa, ya Allah berilah kemudahan.
Kini semua terlihat jelas dari atas sini. Mata para hadirin seakan menyerangku. Konsentrasi, fokuskan pada bacaan, pikirku. Dengan salam aku memulai membawakan tilawah. Satu per satu kalimat dalam ayat yang kubaca kulantunkan. Tak lama kemudian suasana sudah tak lagi menegangkan. Akhirnya aku bisa mengendalikan suasana. Jika ingat persiapanku ini rasanya seperti mau tertawa sendiri. Bagaimana tidak lagu yang akan kulantunkan saja aku tak tahu. Baru 2 hari sebelum hari H aku sempatkan untuk minta masukan dari kang Mizan yang dulu juga pernah membawakan tilawah saat wisuda angkatannya. Kata kang Mizan tilawah itu tak berbeda jauh dengan tartil. Yang membedakan adalah pengaturan lagu & temponya. Jika tak bisa memakai keduanya pakai salah satu. Aku memlih lebih melatih tempo dengan lambat agar tidak terdengar seperti tartil. Alhamdulillah usahaku berhasil. Walaupun kini membawakannya dengan lagu apa aku tidak tahu, yang penting dapat berjalan sesuai aturan. Alhamdulillah.
Selesai kami membawakan tugas masing-masing kami kembali ke tempat duduk sesuai dengan urutan & jurusannya. Setelah itu adalah orasi ilmiah oleh Bapak Khoirul Roziqin, selaku ketua yayasan El Rahma. Pak Roz berbicara banyak tentang bagaimana cara kita untuk mendapatkan kebebasan finansial. Kondisi pada saat kita tidak bisa bergantung pada orang lain yang menuntut kita untuk tetap mendapatkan penghasilan. Inilah yang disebut kebebasan finansial. Oleh beliau kami diberi motivasi & wawasan sebagai bekal kami terjun ke dunia kerja, yang mana paling menuntut kebebasan finansial ini. Cerita tentang Pablo si manusia pipa & Bruto si pemanggul ember menjadi bahan diskusi demokratis ini. Artinya jawabannya masih menggantung. Dan itulah yang menjadi tugas kami, para wisudawan untuk selalu mencari jawaban (cara) mendapatkan kebebasan financial. Sedikit-sedikit ceramah dari beliau dapat menggugah semangat kami untuk berwirausaha.
Acara yang paling ditunggu akhirnya tiba, prosesi wisuda. Sebagai pemindah tali toga adalah pak Khusnu. Kami dipanggil sesuai urutan. Dimulai dari administrasi, desain, akuntansi & teknisi. Kami cah-cah desain duduk di deretan belakang administrasi. Satu per satu teman-teman meninggalkan tempat duduk & kembali. Bapak sempat mengambil gambarku ketika lewat bangku wali murid & ketika aku naik ke atas panggung. Aku melangkahkan kaki manuju pak Khusnu untuk melepaskan kami secara simbolis dengan memindah tali toga ketika namaku dipanggil. Rasanya lega banget ketika tali dari kiri berpindah ke kanan. Akhirnya selesai. Aku bersyukur dapat menyelesaikan kuliah, yang walaupun hanya satu tahun, ini. Bu Ririn memberikan sertifikat & selamat kepadaku. Aku kembali ke tempat dudukku.
Selanjutnya adalah ikrar wisuda yang dibawakan oleh Doni & Naning. Ikrar ini seperti yang aku baca berisikan pernyataan apa saja yang mesti kami penuhi sebagai wisudawan. Seperti menjaga nama baik almamater, menjalin hubungan yang baik antara sesama wisudawan & instruktur. Kemudian sebagai penutup rangkaian wisuda adalah orasi dari perwakilan wisudawan yang dibawakan oleh Eko, dalam bahasa Indonesia & Eka dalam bahasa Inggris. Setelah itu pak Khusnu menutup acara sidang terbuka ini dengan mengetok palu & ucapan hamdalah. Doa penutup dipimpin oleh pak Mukmin. Acara kini resmi selesai & tinggal rehat & ramah tamah.

Rasanya ada yang kurang, pikirku. Bukankah ini terakhiran denga teman-teman? Kenapa harus tergesa-gesa pulang? Tapi kalau memang situsai yang menuntut mau bagaimana lagi. Untungnya bapak bawa kamera. Kusempatkan untuk berfoto dengan sahabat-sahabatku, salah satunya Nunuk. Rasanya aneh, setelah 4 tahun bareng, besok sudah tidak ketemu lagi. Perpisahan memang begitu. Tapi kuusahakan tidak terlalu memikirkannya. Toh, aku masih punya tanggungan yang lebih besar, mondok. Akhirnya kucukupkan pertemuan terakhir bersama teman-teman sebelum semuanya pulang. Entah kapan kami semua bisa bertemu kembali. Semoga kelak Allah mempertemukan kami kembali dengan keadaan yang lebih baik dari sekarang.

Lirboyo, awal November 2009

Tidak ada komentar: