Selama satu tahun pelajaran ini banyak wawasan baru dari MHM & segala aspeknya. Kini gambaran Lirboyo itu seperti apa juga semakin jelas. Sayang aku belum bisa memenuhnya. Kitab-kitab pelajaran kelas 1 Tsanawi sudah banyak yang khatam. Terhitung dari 9 kitab yang diajarkan hanya tinggal 1 yang belum khatam, Fathul Mu’in. Tadi malam giliran kitab Waroqot yang menyusul kitan-kitab lain yang sudah masuk lemari. Nah, momen khataman yang satu ini yang lain dari yang lain.
Tak bisaanya acara khataman kitab 3 kelas digabung menjadi 1. Hari ini memang pelajaran awal tsani kelasku Waroqot, pengantar ushul fiqh. Sengaja begitu ya itu tadi, khataman. Menjelang istirahat pak Bin menginformasikan kalau nanti khatamannya digabung dengan kelas sebelah. Pikirku mungkn seperti Bulugh kemarin yang dikhatamkan ketika gabung dengan kelas B2. Tapi ini tidak. Bayangkan siswa 3 kelas berkumpul dalam ruangan ukuran sekitar 8x9 m. Yang membedakan di kelas B2 yang menjadi saksi bisu lailatul ijtima’ bagian B ini formasinya ditata sedemikian sehingga didepan ada tempat khusus untuk 3 orang mustahiq kami. Entah siapa yang mempunyai inisiatif seperti ini. Yang jelas malam itu menjadi malam berkesan yang mengisi kembali tangki semangat kami yang hampir kosong karena suasana akhir tahun.
Dalam pelajaran tak bisaa ini juga ada MCnya. Lutfi dari kelas pak Daim yang mengatur jalannya acara yang isinya sesuai dengan bidang ketiga mustahiq kami yang berbeda-beda. Pak Bin sebegai qori’ kitab yang mengkhatamkan Waroqot, pak Daim sang motivator dari LBM mengaduk-aduk pikiran kami & merefill semangat dengan doktrin-doktrin khasnya. Dan terakhir pak Zam sebagai penyimpul sekaligus pembaca doa penutup.
Pada malam bersejarah bagi kami warga B itu masing-masing mustahiq memotivasi kami. Yang paling banyak memerikan masukan & tips sebagai bekal kami untuk melanjutkan perjalanan di MHM ini adalah pak Daim. Dengan gaya menggebbu-gebu seolah tak ada titik & koma, pak Daim terus mendoktrin kami. Aku rasakan ada semangat yang meletik di dada. Pak Zam & pak Bin juga begiu, membekali & memotivasi kami, tapi tak sederas motivasi pak Daim.
Pak Daim menyitir hasil muhafadhoh kelas I Tsn kemarin, bahwa untuk tahun ini ada kenaikan dalam peringkat mutawasith & rodi', juga penurunan dalam peringkat jayyid jika dibandingkan dengan kelas I Tsn tahun lalu. Artinya kualitas kelas 1 Tsn tahun ini menurun. Tak tanggung-tanggung hingga 8 %. Melihat kenyataan seperi ini siapa yang tahan untuk tinggal diam? Aku sendiri kadang bertanya kenapa banyak teman-teman yang tidak mencapai target nadhom, kenapa bisa sebegitu mudahnya menerima hasil mutawasith bahkan rodi'? menurut mustahiqku dari Ngawi ini penyebab pokok dari ini semua adalah (kurangnya) persiapan.
Banyak orang yang meremehkan hal sepele namun amat berharga ini. Bagaimana tidak, kebanyakan dari kita lebih senang mengerjakan sesuatu jika sudah mepet, dikejar deadline. Padahal dengan berbekal persiapan yang cukup tak usah banyak-banyak, apa yang kita hadapi akan terasa lebih ringan. Ujian, belajar, menulis, nglalar hingga bayar hutang kebanyakan lebih memilih waktu-waktu kritis ketika sudah mendekati hari H. entah kenapa itu semua kita nikmati sehingga menjadi karakter.
Aneka tips & masukan pak Daim kemukakan. Bagaimana mengoptimalkan waktu musyawarah, waktu sekolah, waktu belajar, hingga waktu mondok yang relatif terbatas. Bahwa madzhab Lirboyo yang berupa al fahmu ba'dal hifdhi lebih beliau tekankan untuk dibalik. Pahami terlebih dahulu. Hanya pahami. Setelah itu hafalkan. Baru setelahnya dalami & cari referensi-referensi yang mendukung. Usahakan selalu aktif dalam musyawarah. Karena kegiatan inlah yang membuat otak kita semakin tersasah, analisis lebih tajam & tanggapan makin kritis. Untuk bisa isytighol pada ini semua tidak boleh ada kegiatan lain yang mengganggunya, seperti menghafal nadhom & menulis pelajaran. Bukankah suatu fiil hanya bias mempunyai satu ma'mul? Jika dilihat mempunyai dua ma'mul maka salah satunya harus mentaqdir fiil lain. Sehinga satu fiil tetap bisa isytighol pada satu ma'mul saja. Nah, agar semua itu bisa terlaksana perlu adanya persiapan. Sekali lagi persiapan. Persiapan dalam menghafal nadhom agar tidak keteteran & menulis pelajaran agar bisa lebih leluasa belajar. Karenanya oleh pak Daim dalam liburan akhir tahun selama + 2,5 bulan ini diharapkan kami bisa melaksanakan persiapan-persiapan tersebut. Aku jadi teringat nasehat pak Fata dulu, isi liburan dengan nglalar & nulis. Ternyata ini manfaatnya.
Mengenai madzhab Lirboyo tadi tak selamanya pak Daim membaliknya. Beliau tetap menekankan kepada kami untuk tetap melaksanakannya, supaya karakter Lirboyo sesunggunya dapat kami peroleh. Dengan hafal terlebih dahulu maka kita lebih mudah untuk memahami. Jika dibandingkan dengan orang yang hafalannya selalu mepet dengan waktu setoran tapi tetap lancar masih lebih baik hafal dulu, punya persiapan hafalan. Karena yang lebih penting dari itu semua adalah tsubut yang dihasilkan setelah selesai setoran. Hafalan yang mempunyai persiapan lebih mempunyai bekas daripada yang mengafalkan mepet walau dengan kemampuan otak cemerlang.
Ada satu kata yang terus terngiang di kepalaku, sebanyak apa yang kau tanyakan sebanyak itu pula kau paham. Jika diruntut lebih lanjut ternyata kemampuanku selama ini belum ada apa-apanya. Aku cenderung menerima begitu saja materi yang diajarkan tanpa bersikap kritis yang menimbulkan aneka tanda tanya. Dalam musyawarah pun aku termasuk golongan yang pasif berbicara, walaupun cuma bertanya. Selanjutnya apakah aku bisa memenuhi amanat pak Daim ini? Semoga.
Setelah sekian puluh menit pak Daim menggebu-gebu membakar semangat kami, giliran pak Zam yang menyiramkan nilai-nilai tasawuf yang menyejukkan hati kami. Tak banyak yang beliau utarkan karena waktu juga sudah semakin malam. Apalagi lonceng pertanda jam sekolah usai, pukul 11 sedah berbunyi. Di antara yang beliau tekankan adalah masalah unggah-ungguh kita sebagai santri dengan guru. Beliau mengibaratkan guru sebagai dokter & murid sebagai pasien. Pasien harus selalu patuh pada dokter jika ingn sembuh dari penyakitnya. Jika hanya mematuhi perintah saja tidak mau, siap-siap saja menanggung penyakit yang semakin parah. Begitu halnya murid terhadap gurunya.
Sebagai acara penutup adalah doa oleh pak Zam & mushofahah kepada mustahiq. Malam itu benar-benar malam yang membakar & merefill semangat kami.
Lirboyo 2 Juli 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar