Minggu, 22 Maret 2009

Kabar Angin

"Pak saya insya Allah pulang hari Selasa malam Rabu," jelasku pada bapak kemarin.

Liburan sudah benar-benar di ambang mata kini. Pikiranku sudah melayang ke kampung halamanku. Apa yang sedang terjadi di sana ya? Adakah yang berubah? Aku benar-benar rindu. Kalau kuhitung 5 bulan lebih aku tak tahu menahu wajah Batur sejak kepulanganku terakhir ketika ada acara besar di desaku.

Aku menyiapkan barang-barang yang akan kubawa pulang. Pakaian, buku, alat tulis, kamera, bahkan sabun tak lupa kumasukkan ke dalam ransel. Lho emang mau ke mana, Mas? hehehe. Rencanaku liburan kali ini aku mau ke Magelang, mengikuti acara khataman sekalian reuni dengan teman-teman SMPku dulu. Aku sangat ingin bisa mengikutinya. Karena sudah 3 tahun lebih aku tak dapat menikmati keramaian dengan teman-teman lamaku di Al Husain. Apa kaitannya dengan sabun? Lha sabun itu mau kubawa saat berada di sana, karena tak ada sabun umum di kamar mandi pondok. Semua mempunyai peralatan mandi sendiri-sendiri. Sudah-sudah, malah ngelantur ke mana-mana.

Aku memeriksa ransel bututku. 3 tahun menemaniku di SMA ternyata telah memudarkan pesona warnanya. Walau begitu tetap mampu membantuku membawa barang-barang beratku selama perjalanan nanti. Kasihan juga sih. Tapi kapan aku membeli penggantinya? Ngatur pemasukan dan pengeluaran uang saku saja susah banget.

Ketika baru akan memasukkan buku-buku penting ke dalam mulut ransel yang lapar, tiba-tiba ada suara memanggilku.

"Min, ada telepon dari bapakmu. Penting," suara pak Imam terdengar di luar kamar ternyata, "teleponnya aneh,"

"Kamsudnya, eh maksudnya?" aku makin penasaran dong.

"Nanti kamu juga tahu sendiri. Ayo sekarang ke kantor," kata pak Imam sambil mengikuti langkahku menuju kantor pondok.

Tumben bapak meneleponku. Biasanya kan aku yang menghubungi rumah jika ada keperluan. Apalagi besok aku berangkat pulang. Wah, sepertinya ada yang tak beres.

"Assalamualaikum," aku memasuki kantor.

"Lha ini pak, Amik masih sehat-sehat di sini," kudengar suara pak Fata bercakap-cakap dengan telepon di dalam kamar kantor.

"Mik, ada telepon dari bapak, " ujar pak Fata sambil menyodorkan HPnya. Oo kukira lewat telepon pondok, "katanya kamu kecelakaan" pak Fata menambahkan.

Ha! siapa bilang aku kecelakaan?. Nyatanya masih sehat wal afiat bisa berdiri di sini kok.

"Pripun Pak?" aku mengecek penjelasan pak Fata

"Gak tahu. Kamu ngomong sendiri saja. Biar jelas,"

Makin bikin penasaran aja sih, batinku.

"Assalamualaikum," aku memulai percakapan.

"Halo, Le, kamu ndak pa-pa to?" suara bapak terdengar bercampur antara khawatir dan lega. (tapi masih banyak khawatirnya..kayaknya lho)

"Nggih Pak, ini saya di sini. Ada apa Pak kok kayaknya khawatir banget?"

"Ya, tapi kamu ndak pa-pa kan?" wah bapak kurang yakin nih.

"Saya sehat-sehat saja kok. Kenapa pak?"

"Alhamdulillah, Le, kalau gitu," sekarang baru kedengaran lega," gini, tadi ada telepon. Ngakunya dari Polresta Kediri. Katanya kamu kecelakaan dan sekarang sedang dirawat di RS Bhayangkara,"

Deg! tentu saja aku kaget. Siapa yang iseng menelepon hingga membuat bapak khawatir? Nyata-nyata aku masih sehat kok dibilang kecelakaan. Hanya satu kesimpulannya, penipuan.

"Wah, jangan percaya pak. Itu pasti penipuan," ujarku, "lha wong saya masih bisa bicara dengan bapak,"

"Syukurlah kalau itu kabar bohong. Tadi bapak dan ibu khawatir banget, Le,"

"Ceritanya gimana Pak?" mau tak mau aku jadi penasaran karenanya.

"Tadi ada bapak-bapak telepon. Tanya, apa punya anak di luar Delanggu? Tentu saja bapak jawab ndak punya, adanya di Kediri. Lha kok malah setelah itu orangnya ngaku dari Polresta Kediri," bapak membuka ceritanya.

"Dari situ sudah bisa ditebak kalau itu penipuan Pak," timpalku. Kan lucu, tanya pertama Delanggu kok ujug-ujug berubah menjadi Kediri.

"Katanya kamu kecelakaan & sedang dirawat di RS Bhayangkara. Bapak tadi juga diberi nomor telepon dokternya, kalau ndak salah namanya Imam. Bapak coba hubungi ndak bisa. Akhirnya muncul gagasan untuk menelpon pak Zufni, ngecek apa betul kamu kecelakaan," jelas bapak panjang lebar," sebenarnya RS bhayangkara itu ada ndak to di Kediri?"

"Mm.. Ada pak. Itu rumah sakit dari aparat pemerintah,"

"Yang membuat bapak deg-degan kalau beritanya benar, adalah karena kemarin kamu ngabari kalau mau pulang malam ini. Pikir bapak, apa amik kecelakaan saat perjalanan?"

Wah bisa juga ya dugaan bapak. Kecelakaan lalu lintas kan biasa terjadi.

"Katanya tadi sudah menghubungi nomor yang diberikan orang tadi ya pak?"

"Ya, tapi ndak nyambung,"

"Untung saja gitu. Coba kalau nyambung, pasti ujung-ujungnya minta uang,"

"Pikir bapak setelah tahu kamu selamat juga gitu," bapak bercerita lagi, "memang dulu tetangga kita juga pernah ada yang terkena penipuan serupa. Bahkan kabarnya sudah mengirimkan uangnya,"

"Kasihan sekali ya Pak,"

"Alhamdulillah Le, kita masih diingatkan oleh Allah,"

"Nggih pak, Alhamdulillah. Gini saja, nanti bapak coba lacak nomor itu lagi, terus minta keterangan lebih lanjut untuk dilaporkan ke polisi," usulku.

"Ya, nanti bapak coba lagi. Agar kejadian yang sempat menimpa tetangga kita ndak terulang lagi,"

Tak disangka ternyata bapakku hampir menjadi korban penipuan berkedok seperti itu.

"O ya, positif pulang nanti malam to?"

"Insya Allah, Pak,"

"Ya sudah. Hati-hati di jalan. Semoga selamat sampai rumah. Salam ke pak Zufni ya. Wassalamualaikum..," bapak mengakhiri pembicaraan kami.

Tidak ada komentar: