Selasa, 03 Agustus 2010

Kelompok 7

Entah kapan harinya aku nulis di dinding FB bahwa sekarang aku sudah ada di Batur lagi. Eh ada balasan dari tetanggaku, Niha. Kalo dia juga sedang ada di rumah. Wah kebetulan banget. Kami malah bisa smsan lagi. Karena selama ini memang kami sudah jarang banget saling tukar kabar. Nah, pada saat itu Niha mengajakku untuk ikut bedah buku tentang Gus Dur di UIN Suka Jogja. Duh, apa lagi ini? Tentu saja aku belum bisa menjawab ya. Karena banyak pertimbangan yang berseliweran di kepala. Motor di rumah cuma satu, itu aja kalo pagi dibawa bapak & ibu manasik haji. Trus kalopun nanti akhirnya jadi berarti tak ada cara lain kecuali boncengan, ya boncengan. Sama wanita lagi. Kalo masih saudara sih gak apa-apa. Eh niha kan masih saudara ding, tunggal buyut. Hehehe. Ditambah aku juga belum punya SIM. Tapi setelah kutimbang-timbang, kenapa tidak?! Mungkin ini memang bukan nasehat hati nurani. Tapi dengan begini kan aku gak cuma mangkrak kaya mesin usang di kamar. Lagi pula bisa jadi sarana nostalgia kita. Siapa sangka bukan? Karenanya aku penuhi ajakan sahabatku ini. Kapan lagi coba kalo gak sekrang?

Esoknya aku belum juga minta izin dari ibu atau bapak. Duh sulit banget sih ngungkapin seperti ini :p. Baru paginya sebelum kita berangkat aku ngomong ke ibu kalo pagi ini aku mau dolan ke Jogja sama Niha. Tak kusangka ternyata tanggapan ibu di luar dugaanku. Kukira mau diceramahin dulu atau langsung tembak gak boleh. Ibu monggo-monggo saja dengan rencanaku ini. Yes! Satu pintu terlewati. Kata Niha (lewat sms) acara dimulai pukul 8 jadi paling gak harus sampai di sana sebelum jam itu, apalagi ada gratisan buku yang dibedah buat 100 peserta pertama. Pagi itu mendadak aku jadi rajin. Mandi pagi (kayak masih sekolah aja), tata-tata ini itu. Pokoknya acara kali ini sudah positif bisa kuikuti. Tak disangka oleh bapak malah diberi uang saku. Wah, makasih banget bapak. Singkatnya semua siap. Kuhampiri Niha yang sedang nongol di pintu rumahnya. Jogja I’m coming!!

Perjalanan panjang kali itu menjadi momen pertama kalinya aku pergi jauh naik motor sebagai pengendara, boncengan sama cewek lagi. Karena selama ini aku hanya dibonceng. Tapi kuusahakan untuk tetap tenang, bersikap biasa & berkonsentrasi pada jalan yang kulalui. Bagi orang lain mungkin sudah menjadi hal biasa naik motor ke mana-mana. Tapi buatku ini bener-bener menjadi pengalaman berharga. Soalnya aku belum mempunyai SIM. Hehehe. Lungo adoh gak nggagas aturan. :P

Sepanjang perjalanan kami ngobrol naglor ngidul memecah keheningan jalan. Gak cuma diem aja kemudian malah ngantuk. Hingga tak terasa sudah sampai di tempat tujuan kami, UIN Sunan Kalijaga Jogja. Tanpa basa-basi kami menuju gedung fak. Tarbiyah & Soshum di sebelah kanan jalan. Sempat bingung juga karena kami memang bukan termasuk warga sini, jadi tak begitu tahu lokasi acara ini. Setelah keliling tanya sini situ akhirnya ketemu juga gedung soshum yang digunakan acara. Banyak mahasiswa di sekitarnya. Aku membayangkan menjadi salah satu di antaranya. Rasanya kok kurang bersahabat ya? Gak seperti di tempat yang sudah aku singgahi. Ah ini kan cuma perasaan saja.

Kami memasuki ruangan lumayan luas dengan masih banyak kursi kosong di dalamnya. Aku dapat nomor 41 sedangkan Niha 40. artinya kami masih termasuk peserta yang berhak membawa pulang buku gratis. Kursi tengah yang kosong menjadi jujugan kami. Dari Niha aku jadi tahu kalo sebenarnya ini semua adalah undangan dari Udin. Dia ternyata malah jadi mahasiswa di sini, walau bukan termasuk panitia. Jika yang ngajak Udin pastinya dia juga ikut acara ini. Tapi dari tadi kok gak kelihatan ya?

Kami kembali mengisi waktu dengan obrolan karena memang acara belum dimulai. Tiba-tiba aku dikejutkan Niha yang memanggil seseorang. Udin melengos menatap kami. Dia yang sedang berdiri mencari tempat duduk kami langsung menempati bangku kosong di sebelahku. Wah ternyata benar-benar menjadi momen nostalgia. Banyak yang berubah dari dia. Lebih banyak jerawat, lebih tinggi dengan gaya yang tak berubah, pakaian necis, rambut rapi tersisir dan kali ini ditambah sepatu pantovel. Tetap menonjolkan gaya resminya. Karena acara belum mulai juga kami mulai aja dengan ngobrol lagi. Gaya bicara udin juga sudah berubah, kini lebih berbobot dengan diberi kutipan dari mana saja.

Begitu jam menunjuk angka 9 acara baru mulai. . . . .

---
Pukul 12 acara selesai. Para peserta menyerbu satu-satunya pintu yang tersedia untuk keluar. Kami bertiga leyeh-leyeh melihat pemandangan ini, mendingan terakhiran aja. Yang penting kan nantinya juga dapet buku. Setelah longgar kami baru keluar. Oleh panitia kami diberi nasi kotak. Untuk buku aku & Niha yang belum mendapatkannya masih harus berjuang ditengah kerumunan orang yang lagi-lagi mengantri. Tapi tak perlu waktu lama untuk mendapatkan buku kecil warna coklat ini. Kali ini waktunya bersantai sambil menyantap hidangan dari panitia. Di lantai atas aku & Niha melahap habis nasi lele ini, sedangkan Udin hanya menghabiskan minumnya saja.



Selesai makan sambil (lagi-lagi) ngobrol kami sholat dzuhur. Sebenarnya Udin mau langsung pulang, tapi karena Niha masih belum kenyang (hehehe) kami ditraktir es di seberang kampus. Senang banget bisa kumpul dengan teman lama lagi.

---
Jika dilihat kami bertiga seperti kelompok 7-nya Naruto. Aku sebagai Naruto, Udin sebagai Sasuke dan Niha sebagai Sakura. Kok bisa? Hehehe. Ini hanya pendapatku saja kok. Kita kupas yuk..

Kumulai dari Udin aja ya. Soalnya begitu melihat Udin aku jadi inget Sasuke. Sasuke adalah seorang misterius dengan kemampuan mengagumkan jika dibanding dengan teman sebayanya. Di kelas dia menjadi bintang & mampu memikat wanita tanpa harus berlagak di depannya. Pokoknya jika dibandingkan dengan Naruto, Sasuke jauh di atasnya. Tak heran jika Naruto selalu iri jika di depan Sasuke. Sedangkan Udin dulu juga merupakan bintang di kelas. Kemampuannya mencerna & memahami pelajaran memang patut diacungi jempol. Tak heran jika nilai rapotnya selalu mendapatkan peringkat 1. tak hanya itu Udin juga pandai banget membuat wanita jatuh hati. Tapi berbeda dengan Sasuke, Udin lebih menonjolkan sikapnya. Entah itu perhatian, pujian atau guyonan. Begitu udin mengeluarkan jurusnya itu dijamin wanita kan terpesona. Wajar jika dulu ia kurang disukai teman-teman kami yang laki-laki. Hehehe, maaf ya Din. :p

Selanjutnya Sakura. Sakura adalah satu-satunya wanita dalam tim 7 punya Naruto. Ia adalah orang yang disukai Naruto sejak pertama satu kelas di akademi ninja. Sayang waktu itu sakura menganggap Naruto sebagai pengganggu hubungannya dengan Sasuke. Padahal Sasuke sendiri tidak tertarik pada Sakura. Dengan kata lain Sakura adalah salah satu wanita yang mengagumi pesona sasuke. Selain itu ia merupakan ninja medis. Lalu bagaimana dengan Niha? Mengenai suka tidaknya dengan Sasuke (Udin) aku kurang tahu sih :P. yang jelas Niha merupakan ‘korban’ dari jurus mempesona dari seorang Udin. Hehehe. Kok bisa? Sebenarnya ini kudapat dari blog Niha sendiri. Bahwa dulu Udin perhatian banget sama dia. Jadi sama kan dengan sasuke yang dapat memikat wanita?. Trus ditambah lagi sekarang ini Niha sedang mendalami ilmu medis (farmasi). Begitu pula sakura yang seorang ninja medis.

Terus bagaimana dengan Naruto? Naruto selalu menjadi orang yang ketinggalan dalam masalah akademis jika dibandingkan dengan kedua temannya. Tapi Naruto menang dalam hal semangat. Oleh gurunya sendiri ia dijuluki sebagaai ninja penuh kejutan nomor 1. Selain itu Naruto merupakan salah satu orang dengan klan istimewa di desanya, keturunan Hokage keempat. Bagaimana dengan diriku? Sebenarnya tak banyak yang mirip antara aku dengan naruto. mungkin dalam hal ‘ketinggalan’ aku menyamainya. Prestasiku memang tak secemerlang kedua temanku di atas. Naruto juga kalah soal memikat wanita. Gayanya ceplas-ceplos tak peduli siapa yang dihadapi. Aku juga mungkin seorang yang kurang bisa memberikan perhatian lebih kepada wanita. Aku lebih suka hubungan apa adanya. Gak perlu menunjukkan sikap agar wanita terpesona. Walau begitu posisiku unggul sebagai orang yang masih meneruskan pendidikan agama di pesantren. Padahal dulu Niha ingin banget masuk pesantren. Udin juga mungkin begitu.

Bagaimanapun juga ini semua adalah pendapatku. Bisa saja salah. Aku kepikiran membuat tulisan ini setelah kembali beertemu dengan kedua temanku tadi & membaca blog Niha. Dalam tulisannya hanya tiga orang yang dibahas diantara teman-temannya, Udin, Aku & lik Afif. Nah, mungkin tulisan ini bisa melengkapi pendapat pribadinya yang ditulis di blog.

Tidak ada komentar: