Senin, 23 Agustus 2010

Sebuah Ikatan

Ramadhan kali ini sepertinya kurang berwarna dengan yang sudah-sudah, namun aku akan tetap menikmatinya. Yang semakin berwarna justru pikiranku sekarang. Gak Cuma mikir monoton ke ngaji aja. Jika kurasakan lagi dari dulu aku juga gini deh. Tapi kali ini beda. Ini tak lain karena liburan di rumah kemarin. Aku bertemu kembali dengan teman-teman lawas yang sudah sekian tahun tak berjumpa. Mereka semua memberi warna baru bagiku & lagi membuat pikiran lebih fresh sebagai bekal ke depan. Melihat mereka dalam kondisi sekarang aku bisa tahu kalau mereka semakin matang sebagai pemuda. Udin tetap cemerlang serperti dulu, bahkan kini bisa dirasakan jika ia merupakan bintang di kampus. Kok bisa ya mempertahankan kondisi juara seperti itu hingga sekarang? Huda kini juga sudah mulai mapan di rumahnya. Karena tahun depan sudah tidak kembali ke pondok. Tapi petuah-petuah & teladan kiainya yang nyentrik tetap terlihat. Alwan juga demikian. Setelah 5 tahun tak bertemu sikapnya masih sama, anteng banget. Tapi kini gak sembarang anteng. Bekal ilmunya di Mranggen kelihatannya tak bisa diremehkan walaupun sekarang masuk di kelas di bawah Arul di Tegalrejo. Ya, Arul kini sudah masuk kelas tinggi di sana, Fathul Wahab. Bahkan Arul yang dulu kelihatannya sering sembrono ini sudah bisa ngaji kitab kosongan. Emang sikapnya menutupi keunggulannya itu. Tapi setelah berjam-jam cangkruk bareng Huda di terasnya ia tak bisa diremehkan begitu saja. Niha pun tak kalah ketinggalan. Satu-satunya teman wanita yang masih akrab denganku kini suka menggebu-gebu jika diajak ngobrol tentang NU.
Teman-temanku di atas adalah sebagian yang sudah kutemui kembali pada liburan kemarin. Satu hal yang menonjol dari mereka semua adalah sudah mempunyai rinsip. Mereka pulalah yang memberi inspirasi buatku menuntut ilmu lebih di pesantren ini. Menyadarkanku bahwa pemuda haruslah mempunyai bekal sebagai generasi penerus. Benar-benar tak rugi aku kemarin pulang & menemui teman-teman ku yang sempat hilang ini.
---
Dulu aku menganggap teman sesorang jika pernah satu tempat. Entah satu kelas, satu sekolah, satu kamar, satu ustadz, satu eblek dan satu-satu yang lain. Biasanya aku baru bisa akrab dengan orang lain jika begitu. Padahal sika seperti itu malah terkesan terlalu membatasi diri. Tak heran hingga kini teman-teman yang akrab denganku tak sebanyak teman-teman lain.
Aku juga heran kenapa dulu selalu bersikap seperti itu. Aku baru sadar setelah mendengar cerita dari teman-teman lain & mengalami sendiri. Ternyata berteman itu tak ada batasnya. Kita boleh saja berteman dengan siapapun selama masih bisa menjaga diri kita dari yang tidak-tidak. Pikirku sih teman di kelas ya di kelas,di kamar sebatas di kamar, di desa sebatas desa dst.
Aku akrab dengan teman-teman SMP, seperti Huda, Musanif, Bela, Agung, Arul dkk hanya saat kami berada dalam satu tempat. Begitu juga dengan teman-teman SD dulu, Aad, Zainal, Niha, Udin dan yang lain. Setelah berpisah& berbeda tempat aku dengan tak sulit melepas ikatan begitu saja. Toh kita kemungkinan berkumpul kembali sangat sedikit. Aku cari teman lain di tempat baru malah lebih menyenangkan. Dulu aku selalu berpikir seperti itu. Wal hasil, malah tak ada yang dapat kugenggam lebih lama ikatanya. Semuanya lepas. Seperti halnya jika kita punya banyak balon & tak kita ikat dengan kuat. Setelah lepas semuanya terang saja tak menyisakan apa pun.
Aku jadi sering kesepian. Aku merasa dunia begitu sempit & tak ada teman yang bisa kujadikan pegangan. Semua orang terasa asing. Ternyata goncangan kesepian melebihi serangan penyakit.
Aku sadar sikap seperti itu salah. Tapi sayang, sampai sekarang belum juga menemukan solusi yang cocok untuk ini semua. Aku terus saja terkubang dalam kungkuman sepi. Hingga akhirnya aku dolan ke teman lawas, Huda. Huda sebaliknya denganku, mudah akrab dengan siapapun & komunikasi dengan teman-teman lawasnya masih terjaga. Dengan diajaknya dolan ke rumah Alwan & Arul aku makin sadar, sikapku selama ini salah besar. Huda mengajarkan satu pelajaran berharga untuk menjaga ukhuwah & memperluas koneksi, yaitu komunikasi.
Maka liburan kemarin merupakan libur dirumah yang lebih berkesan dengan yang sudah-sudah. Karena aku telah menemukan kembali satu per satu balon yang dulu tak kuikat dengan benar, aku berjumpa kembali dengan teman-teman lamaku & kuharap aku dapat menjaga hubungan ini & menemukan kembali lebih banyak balon yang hilang di luar sana.

Lirboyo, 18 Agustus 2010

Tidak ada komentar: